RSS

Halamannn

Tentang Kekuatan Cinta (1)

Terkadang sesuatu yang luput dari perhatian kita mempunyai arti besar dalam perjalanan hidup kita, segala yang ada disekitar kita, sekecil apapun hal itu, akan mengajarkan kita bagaimana menjalankan hidup, jika kita mau merenungkannya. Dan makna hidup ini, patutlah untuk selalu kita kita renungkan.
Irfan Toni Herlambang menuliskan makna hidup itu dalam sebuah maha kaarya yang patut dihargai. Dalam tiap lembar catatannya ia pun menorehkan kekuatan cinta yang mampu menjadi penyejuk jiwa ditengah begitu banyaknya cobaan ditengah padang pasir kehidupan.
Dab aku adalah satu jiwa yang haus akan kesejukan air dipanasnya padang pasir kehidupan itu. Satu caraku menghargai maha karya itu adalah menorehkan kembali kekuatan cinta itu dalam lembaran catatan hidupku. Aku berharap kekuatan cinta itu dapat menguatkan diriku dan membantuku belajar bagaimana menjadi kuat dalam hidup ini. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.

Tentang Kupu-Kupu



Ada seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Matanya kosong menatap hamparan air didepannya. Seluruh penjuru mata angin telah dilewatinya, namun tak satupun titik membuatnya puas. Kekosongan makin senyap sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.
“Sedang apa kau disini, anak muda” Tanya orang itu. Rupanya suara seorang kakek Tua. “Apa yang kau risaukan?”
Anak muda itu menoleh, “Aku lelah Pak Tua. Telah berkilometer jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Kemanakah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?
Kakek Tua kemudian duduk disampingnya. Dipandangnya wajah lelah si pemuda. Lalu ia berkata “Di depan sana ad ataman. Jika kau ingin jawabannya, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku”
Pemuda itu menatap kakek itu. Tidak percaya. Si kakek menganggukkan kepalanya. “Ya, Tangkaplah seekor kupu-kupu untukku dengan tanganmu,” kakek itu mengulang kalimatnya.
Pemuda itu pun bangkit dan pergi ke taman yang ditunjuk si kakek. Taman yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga bermekaran. Tak heran banyak kupu-kupu berterbangan di sana.
Anak muda itu mulai bergerak. Mengendap-mengendap. Ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Hap!! Luput. Segera dikejarnya lagi kupu-kupu itu. Sekali lagi tangannya menyambar. Hap! Gagal! Pemuda itu mulai berlari tak beraturan. Menerjang kesana kesini. Merobek ilalang, menerjang perdu, mengejar kupu-kupu itu. Namun, belum ada kupu-kupu yang tertangkap dan pemuda itu mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik turun dengan cepat.
Tiba-tiba ada teriakan “Berhenti dulu anak muda. Istirahatlah!” rupanya sang kakek. Ia berjalan perlahan tapi, lihatlah! Ada sekumpulan kupu-kupu berterbangan di kedua sisinya. Beberapa hinggap ditubuh tua itu.
“Begitulah caramu mengejar kebahagian? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?” sang kakek menatap pemuda itu. “Nak, mencari kebahagian itu seperti menagkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu.”
“Tangkaplah kupu-kupu itu daam hatimu. Karena kebahagian itu bukan benda yang dapat kau genggam atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagian itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan mekana-kemana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri.”
Kakek itu mengangkat tangannya. Dan, seekor kupu-kupu hinggap diujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu memancarkan keindahan. Pesonanya begitu mengangumkan kelopak sayap yang mengalun perlahan layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah. Seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.

Mencari kebahagiaan layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit bagi mereka yang terlalu bernafsu. Tapi, mudah bagi yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang ke sana-kesini, menabrak ke sana-sini, atau menerobos sana-sini. Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.
Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisadi dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat digenggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara. Kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kitaberusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.
Maka, cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita, dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi, dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.
Bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada disekitar kita. Bahkan bahagia itu “hinggap” dihati kita, namun kita tidak pernah memperdulikannya. Mungkin juga berterbangan disekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

To be continued…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: