“Orang yang murah senyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling mampu berbuat, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang yyang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain”
(Ahmad Amin, Faidhul Khatir)
Rosullullah bersabda: “senyummu di depan saudaramu adalah sedekah”
Tertawa merupakan puncak kegembiraan, titik tertinggi kecerian dan ujung rasa suka cita. Namun, janganlah engkau banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan hati. Maka, tertawalah sewajarnya saja.
Abu Darda berkata:
“Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku. Dan Rosulullah sendiri, sesekali tertawa hingga tampak gerahamnya. Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang penyakit jiwa serta pengobatannya”
Wajah nan berseri tanda suka member
dan, tentu bersuka cita saat dipinta
Kau melihatnya senantiasa gembira saat kau datang
seolah engkau memberinya apa yang engkau minta padanya
Demi jiwaku yang bapakku menebusnya untukku
ia laksana pagi yang diharapkan
dan bintang yang dinantikan
Canda kadang menjadi serius
namun hidup tanpa canda jadi kering kerontang
Senyuman tidak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat dasar manusia, karena manusia adalah mahluk yang suka tersenyum. Maka, tersenyumlah, selama antara kau dan kematian ada sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum.
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian berendah hati, hingga tidak ada salah seorang diantaramu yang berlaku jahat pada yang lain dan tidak ada salah seorang diantaramu yang membanggakan diri atas yang lain”
(Al.Hadist)
“Laa Tahzan” By: DR. ‘Aidh bin Abdullah al-Qarni, MA
(Ahmad Amin, Faidhul Khatir)
Rosullullah bersabda: “senyummu di depan saudaramu adalah sedekah”
Tertawa merupakan puncak kegembiraan, titik tertinggi kecerian dan ujung rasa suka cita. Namun, janganlah engkau banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan hati. Maka, tertawalah sewajarnya saja.
Abu Darda berkata:
“Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku. Dan Rosulullah sendiri, sesekali tertawa hingga tampak gerahamnya. Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang penyakit jiwa serta pengobatannya”
Wajah nan berseri tanda suka member
dan, tentu bersuka cita saat dipinta
Kau melihatnya senantiasa gembira saat kau datang
seolah engkau memberinya apa yang engkau minta padanya
Demi jiwaku yang bapakku menebusnya untukku
ia laksana pagi yang diharapkan
dan bintang yang dinantikan
Canda kadang menjadi serius
namun hidup tanpa canda jadi kering kerontang
Senyuman tidak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat dasar manusia, karena manusia adalah mahluk yang suka tersenyum. Maka, tersenyumlah, selama antara kau dan kematian ada sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum.
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian berendah hati, hingga tidak ada salah seorang diantaramu yang berlaku jahat pada yang lain dan tidak ada salah seorang diantaramu yang membanggakan diri atas yang lain”
(Al.Hadist)
“Laa Tahzan” By: DR. ‘Aidh bin Abdullah al-Qarni, MA
0 komentar:
Posting Komentar