Senja itu...... Sejenak aku memandang jauh ke langit dari kaca jendela bis yang setiap pagiku dan senjaku ku naiki. Entah kenapa lan ia meneteskan air mata di sela-sela senyumnya padaku. "Kenapa" tanyaku.. "......just think about my life. Tak mau terlihat kuat diluar tapi rapuh di dalam.." Aku pun terdiam... Dan entah kenapa kalimat yang diungkapkan olehnya membuatku berpikir tentang hidup yang sedang kujalani saat ini. Seperti apakah aku menjadi hidupku selama ini?? Pernah ada seseorang yang mengungkapkan kalimat yang sama padaku. ".....dibalik kekuatan yang coba kamu tunjukkan pada orang-orang disekitarmu ada sisi rapuh di dalam hatimu..." Maka tak khayal jika aku teringat pada kalimat itu. Jujur kuakui, sering kali aku menyembunyikan segala apa yang kurasakan dibalik senyum dan tawa yang aku tunjukkan pada orang-orang disekitarku. Bukannya aku tidak mau jujur pada diriku sendiri. Aku hanya tidak ingin menjadi orang yang rapuh. Ah....Rapuh?? Apakah kerapuhan itu?? Adakah kerapuhan seseorang itu harus ditunjukkan pada orang lain ataukah lebih baik disembunyikan? Apakah aku termasuk dalam golongan orang yang memiliki jiwa-jiwa yang rapuh?" Entahlah, apakah pertanyaan seperti ini harus kutanyakan? Jawaban seperti apakah yang paling tepat untuk menggambarkan apa itu "rapuh"? Dan disisi lain, setiap orang harus menjadi jiwa yang kuat, yang tidak hanya kuat diluar tetapi juga di dalam. Pertanyaannya adalah apakah yang dimaksud "kuat" itu? Bagaimana menjadi jiwa yang kuat? Hingga saat ini aku terus menjalani hidupku. Dan mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul dibenakku. Tentang apa itu kuat dan apa itu rapuh. Setidaknya menurut pengertian sederhanaku. Keduanya saling berkaitan. Ada sebuah artikel ato sebuah tulisan sederhana yang menarik untuk disimak.
Rapuh, Belajar untuk Kuat
Februari 27, 2009 oleh dewi
http://dewiyuhana.wordpress.com/2009/02/27/rapuh-belajar-untuk-kuat/
" terkadang kita memang harus menjadi lidi,
untuk menyadari bahwa kita tak bisa [selalu] sendiri
membutuhkan orang lain,
untuk saling menguatkan, menyempurnakan…"
itu komen saya untuk note seorang teman di fesbuk yang menulis “jangan menjadi lidi, yang hanya kuat saat bersatu dan rapuh kala sendiri”. hai teman -to not write ur complete name here-, menjadi rapuh bukan sebuah kesalahan, kelemahan, apalagi dosa. menjadi rapuh menunjukkan bahwa kita benar-benar manusia, makhluk sosial yang diciptakan untuk hidup bermasyarakat, saling membantu, membutuhkan, wujud dari hablun min annaas, ukhuwah dan apapun istilah lainnya.
menjadi rapuh merupakan kesempatan belajar untuk lebih kuat, tegar.
manusia tak akan menikmati saat kuat sebelum merasakan dan melewati fase rapuh. tak akan mensyukuri dan memahami kesenangan dan kebahagiaan sebelum merasakan kesedihan. selalu [harus] ada keseimbangan dalam hidup, ada hitam dan putih, ada yin-yang, malam-siang, matahari dan bulan.
rasakan kerapuhanmu, kelemahanmu, kesedihanmu…
sebagai anugerah nikmat dariNya
Rasanya agak menjadi lebih baik setelah aku menuliskan ini. Semoga aku termasuk ke dalam jiwa-jiwa yang selalu belajar menjadi kuat sekalipun dengan menjadi rapuh terlebih dahulu. Aku tak mungkin hidup sendiri dan memang aku tidak hidup sendiri. Dan ternyata aku memang membutuhkan orang lain......
Membutuhkan keluargaku..
Membutuhkan orang tuaku..
Membutuhkan saudara-saudaraku...
Membutuhkan teman-teman dan sahabat-sahabatku...
Membutuhkan siapapun...
termasuk membutuhkanmu "seseorang yang saat ini ada di hatiku"
Dan yang pasti membutuhkanNYA..
Maka sungguh lengkaplah hidup ini.
"...Sesungguhnya Allah tidak memberikan apa yang menjadi keinginan hambaNYA, tetapi ALLAH pasti memberikan apa yang menjadi kebutuhan hambaNYA"
Pernahkan kita menyadarinya?
Apakah kita harus membiarkan diri kita terbelenggu oleh keinginan-keinginan yang terkadang itu tidak bermanfaat dan sia-sia saja karena bukan hal yang sebenarnya kita butuhkan?
Vie's 18 Januari 2010. 15:28
Sekedar cara untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik. : )
Read Users' Comments (0)