“Woo, itu artinya kamu ini pingin terkenal Rul…, “ ujar Rudi teman saya sambil tertawa.
Sekitar 15 tahun lalu saat mahasiswa saya pernah bilang bahwa idola saya saat itu adalah Emha. “Pingin jadi seperti Emha,” kata saya. Jadilah Rudi berkesimpulan seperti itu. Tapi saya merasa tidak pingin jadi terkenal. Saya menyukai privacy , dan sangat risih dengan publisitas. Bukan keterkenalan Emha yang saya maksud. Sesuatu yang lain, entah apa itu. Kini saya paham, saya memang tidak ingin terkenal, tapi –mungkin- ingin ternama. Apa bedanya? Menjadi terkenal itu gampang. Tulis saja novel Ayat-Ayat Setan seperti Salman Rushdie yang menjelekkan Nabi Muhammad saw, pasti Anda langsung terkenal. Anda iklan besar-besaran di koran, bisa jadi terkenal walaupun hanya sejenak. Artis bikin heboh dengan kehidupan pribadinya, juga jadi terkenal. Bila Anda berani aneh sedikit, Anda punya peluang yang cukup untuk bisa menjadi terkenal. Namun menjadi ternama tidaklah mudah. Ternama berarti mempunyai reputasi baik, mempunyai prestasi yang bermanfaat, dan berkonotasi positif. Ternama berkaitan dengan prestasi. Ternama berarti memiliki nama baik. Banyak sekali artis film yang dikenal, namun hanya sedikit yang ternama dengan meraih Piala Citra. Banyak yang ternama, tapi tidak terkenal. Sebaliknya, banyak yang terkenal, namun tidak ternama. Hitler terkenal, namun tidak ternama. Norman Borlaug kurang terkenal, namun lebih ternama. Ibrahim, bapak para nabi, bahkan berdo’a kepada Allah swt agar menjadi orang ternama. Asy-Syu’araa’ (26):83-85 “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku BUAH TUTUR YANG BAIK bagi orang-orang kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh keni’matan,…” Ternama berarti menjadi buah tutur yang baik. Sudah semestinya kita semua ingin menjadi manusia yang ternama, terkenal maupun tidak, karena menjadi ternama itu dianjurkan. Suatu ketika di depan para mahasiswa baru ITB tingkat pertama, saya diminta memberi pesan singkat. Waktu itu terpikir sebuah pesan sederhana : “Bikinlah sejarah yang indah!” Yang saya maksud adalah, jadikan hidup kita menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang kemudian seperti yang dipanjatkan dalam do’a Nabi Ibrahim. Mudah-mudahan kita semua bisa mencapainya. Amin.
Sekitar 15 tahun lalu saat mahasiswa saya pernah bilang bahwa idola saya saat itu adalah Emha. “Pingin jadi seperti Emha,” kata saya. Jadilah Rudi berkesimpulan seperti itu. Tapi saya merasa tidak pingin jadi terkenal. Saya menyukai privacy , dan sangat risih dengan publisitas. Bukan keterkenalan Emha yang saya maksud. Sesuatu yang lain, entah apa itu. Kini saya paham, saya memang tidak ingin terkenal, tapi –mungkin- ingin ternama. Apa bedanya? Menjadi terkenal itu gampang. Tulis saja novel Ayat-Ayat Setan seperti Salman Rushdie yang menjelekkan Nabi Muhammad saw, pasti Anda langsung terkenal. Anda iklan besar-besaran di koran, bisa jadi terkenal walaupun hanya sejenak. Artis bikin heboh dengan kehidupan pribadinya, juga jadi terkenal. Bila Anda berani aneh sedikit, Anda punya peluang yang cukup untuk bisa menjadi terkenal. Namun menjadi ternama tidaklah mudah. Ternama berarti mempunyai reputasi baik, mempunyai prestasi yang bermanfaat, dan berkonotasi positif. Ternama berkaitan dengan prestasi. Ternama berarti memiliki nama baik. Banyak sekali artis film yang dikenal, namun hanya sedikit yang ternama dengan meraih Piala Citra. Banyak yang ternama, tapi tidak terkenal. Sebaliknya, banyak yang terkenal, namun tidak ternama. Hitler terkenal, namun tidak ternama. Norman Borlaug kurang terkenal, namun lebih ternama. Ibrahim, bapak para nabi, bahkan berdo’a kepada Allah swt agar menjadi orang ternama. Asy-Syu’araa’ (26):83-85 “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku BUAH TUTUR YANG BAIK bagi orang-orang kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh keni’matan,…” Ternama berarti menjadi buah tutur yang baik. Sudah semestinya kita semua ingin menjadi manusia yang ternama, terkenal maupun tidak, karena menjadi ternama itu dianjurkan. Suatu ketika di depan para mahasiswa baru ITB tingkat pertama, saya diminta memberi pesan singkat. Waktu itu terpikir sebuah pesan sederhana : “Bikinlah sejarah yang indah!” Yang saya maksud adalah, jadikan hidup kita menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang kemudian seperti yang dipanjatkan dalam do’a Nabi Ibrahim. Mudah-mudahan kita semua bisa mencapainya. Amin.
dari : http://id.shvoong.com/social-sciences/1694666-terkenal-atau-ternama/
Hmmmm...nice : )
Apakah kita termasuk yang TERNAMA???
Tik..tok..tik..tok.....
Harus jadi TERNAMA dengan nama sendiri. : )
0 komentar:
Posting Komentar