Vie: Jangan Kita Disini Berhenti ^_^
23.37 |
Vie: Jejak Qita.... ^_^
18.39 |
Vie: Terima Kasih Atas Perjalanan Indah Ini ^_^
23.53 |
Alhamdulillahirobbil'alamin.....
My "Special Kind Of Something"
18.21 |
Special Kind Of Something
by Kavana....... ^_^
Somebody said that I would make it big
Somebody said that I would be the kid
to go all the way to go all the way
My daddy said learn and you will go far
You've got to reach out for the highest star
That's what he said so that's what I did...
And nobody said that I would feel this pain
Nobody said that I would feel this way
And I need to explain...
I've got something to give,
I need someone to hold,
I need a special kind of something
Coz I dont wanna be alone...
I've got to learn how to love,
I need to know how to care,
I've got a special kind of something
That I just need to share...
I didn't really think about the consequence,
I've got a one way ticket out of innocence,
But that was my dream, and this is my dream,
I can't spend another night on my own,
Never in my life felt so alone,
Darling, can I explain?
With you...
And if I keep pretending, how will you know?
The message I keep sending,
I've got a special kind of something,
that I just need to show, ooh
Something to give, someone to hold,
Special kind of something, don't wanna be alone,
Ooh
Learn how to love, know how to care,
Special kind of something I just need to share...
cuka.....cuka....cuka.......cuka..... "everything is special kind of something.........." ^_^
Read Users' Comments (0)Vie: Ya Sudahlah.....
22.32 |
Apapun yg terjadi...
ku kan slalu ada untukmu....
Janganlah kau bersedih...
coz everything's gonna be OKAY
Puisi Untuknya : Habibie
22.10 |
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku ….
Vie: Takut Kehilangan, Mengapa Kita Takut
21.51 |
Apakah itu takut kehilangan? dan mengapa kita harus takut kehilangan? Takut kehilangan apakah sebuah gambaran tentang sesuatu yang menyeramkankah? hingga setiap orang selalu berusaha untuk melakukan apapun dengan cara apapun agar ia tidak kehilangan. Cara apapun? Ya..apapun!apapun!apapun! Dan pertanyaannya kemudian adalah apakah jaminan dari cara apapun yang kita lakukan itu menjadikan kita benar-benar memiliki apa yang kita takutkan akan hilang itu? Sekedar belajar dari apa yang kurasakan dan apa yang kualami, bahwa perasaan takut kehilangan itu adalah sebuah perasaan yang menurutku kurang pada tempatnya apabila kita selalu memaksakan diri untuk memiliki apa yang ingin kita miliki dengan cara yang salah. Karena sesungguhnya memang tidak ada yang abadi di dunia ini dan tidak ada yang sempurna di dunia ini. Namun, adalah hal positif jika takut kehilangan itu dapat kita maknai dengan bagaimana kita menjaga apa yang Allah anugerahkan kepada kita sebagai bentuk syukur kita kepadaNYA, dan tentunya dengan jalan-jalan yang diridhoiNYA. Dan mungkin kita bisa belajar dari sebuah cerita sederhana dari sebuah blog seorang sahabat berikut ini: (http://dsusetyo.wordpress.com/2009/04/30/takut-kehilangan-mengapa-kita-takut/) Suatu sore, di halaman sebuah surau, di suatu dusun yang sepi dan tenang, seuasi shalat isya’, seorang murid sedang berdialog dengan sang Guru. Sang murid bertanya: “Wahai Guru, mengapa saya selalu dihinggapi rasa takut kehilangan apa yang saya miliki. Takut miskin, takut kehilangan sesuatu atau seseorang. Bagaimana pula cara mengatasinya? Berikan saya pencerahan.” Setelah menghela nafas panjang dan dalaaaam, Sang Guru berkata sambil memandangi sang murid: “Anak muda, jika engkau masih dibelenggu oleh “rasa memiliki” maka selama hidupmu engkau akan tak pernah lepas dari rasa “takut kehilangan”. Takut kehilangan apa yang engkau “miliki”. Padahal bukankah sesungguhnya sejatinya, kita tidak memiliki apa2, semua adalah milik Allah, bukan hanya dunia dan alam semesta saja, bahkan diri kita pun, ruh dan jasad kita ini sejatinya adalah milikNya juga. Tapi kita merasa takut karena kita merasa memiliki diri ini, sehingga ketika Sang Pemilik Sejati mengambilnya kita takut akan kehilangannya.” “Tapi Guru, bukankah takut itu adalah juga karunia Allah seperti juga rasa sakit, sedih dan sebagainya?” Lanjut sang Murid dengan hati yang berdegup2 Sang Guru kembali menjawab: “Benar, rasa takut itu juga karunia Allah. Karena dengan adanya rasa takut itulah kita menjadi hati2 dalam setiap gerak kehidupan kita juga kita menjadi berani, setelah dapat menguasai rasa takut itu. Tapi sejatinya kita hanya boleh takut kepada Allah, dalam arti takut melanggar larangan2Nya dan takut tidak dapat memenuhi perintah dan menggapai ridhaNya. Takut kita kepada yang lain pun seharusnya didasari rasa takut kepada Allah itu.” “Dan khususnya “rasa takut kehilangan” dapat engkau atasi jika engkau telah “faham” bahwa sebenarnya kita tidak memiliki apa pun, semuanya milik Allah, Dia berhak mengambilnya kapan Dia mau.!” Sambil mengangguk2 sang murid mengiyakan kata2 beliau. Meskipun dadanya masih bergemuruh karena ada pertentangan yang hebat di dalam hati dan akalnya. Dalam hatinya ia berkata: “Ya Allah, jadi selama ini apa sesungguhnya yang aku takutkan tentang kehilangan sesuatu. Sedangkan semua ini sejatinya adalah mulikMu. Sudahkah aku takut karenaMu?” Sahabatku semua, apakah Anda juga dapat memahami apa yang sang murid fahami atau merasakan apa yang sang murid rasakan. Kalau sempat mampir kemari, Sudilah membagikan percik pikiran Anda. Maha Suci Allah dan segala puji hanya patut bagiMu ya Allah. "Semoga Allah Mengampuni segala dosa-dosa kita semua dan lebih menjadikan kita hamba-hambaNYA yang ikhlas dan syukur" Amin Ya Robbal'alamin Terima kasih Ya Allah karena Engkau hidupkan hati kami kembali pada jalanMU Semoga bisa selalu istiqomah.
Aku bersaksi tiada tuhan selain Engkau
Aku mohon ampun kepadaMu dan padaMu pula aku bertaubat.
Vie: Mendengarmu Meneteskan Airmata
18.00 |
Vie: Ketika Senyum dan Tawa Kita Menyatu
23.44 |
Read Users' Comments (0)
Vie's Song: Karena Ku Cinta Kau
20.39 |
Jika ada yang bilang ku lupa kau Jangan kau dengar Banyak cinta yang datang mendekat Ku menolak Semua itu karena ku cinta kau Jika ada yang bilang ku tak baik Banyak cinta yang datang mendekat Reff: Jika kau tak percaya pada ku Back to Reff: Saat kau ingat aku ku ingat kau Saat kau rindu aku juga rasa
Jika ada yang bilang ku tak setia
Jangan kau dengar
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku berubah
Jangan kau dengar
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau
Kau
Saat kau ingat aku ku ingat kau
Saat kau rindu aku juga rasa
Ku tahu kau slalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan
Tuhan yang tahu ku cinta kau
Sakitnya aku
Jika kau lebih dengar mereka
Sedih hatiku
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau
Kau
Ku tahu kau slalu ingin denganku
Kau tahu ku juga ingin denganmu
Ku tahu kau slalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan
Tuhan yang tahu ku cinta kau
Vie: Sebuah Ungkapan Yang Terindah...
18.11 |
Vie: Tentang Bintang Hidupku
21.15 |
Hampir satu tahun berlalu sejak aku buka kembali hati ini untuk menerima seseorang masuk dalam kehidupanku. Memberi kesempatan pada diriku untuk membiarkan seseorang masuk di ruangan kosong dihatiku yang saat itu kututup bagi siapa pun. Ternyata memilih untuk membuka kembali hati ini adalah sebuah pilihan yang akhirnya aku pilih. Dan lihatlah telah ada seseorang yang mengisi ruang hatiku. Seseorang yang telah menjadi bagian dari diriku saat ini. Seseorang yang menurutku “sederhana” namun memiliki sesuatu yang membuatku menyayangi dia apa adanya.
Dengan dirinyalah perjalanan ini aku jalani. Melangkah dan biarkan kaki ini terus menerus melangkah. Bermimpi, dan biarkan diri ini bermimpi. Mimpi akan sebuah harapan masa depan yang indah. Jauh dan jauh ke angkasa. Seperti kata orang “bermimpilah setinggi langit” Mungkin seperti itulah “setinggi langit” akhirnya kami pun bermimpi. Dan tentunya berharap mimpi itu akan jadi sebuah kenyataan pada suatu waktu nanti, waktu yang akan datang, waktu yang tepat.
Aku tahu dan sadar bahwa segala sesuatu tidak selalu mudah adanya. Terkadang membutuhkan sebuah “pengorbanan” atau yang lebih pas disebut dengan usaha atau yang paling pas lagi disebut dengan ikhtiar. Ya, setiap manusia memang harus berusaha dan berikhtiar padaNYA. Begitupun dengan diriku, selalu berusaha agar Allah berkenan meridhoi jalan hidupku ini. Jalan kasih saying yang kujalani bersama dia yang saat ini ada dihatiku. Aku selalu berusaha meyakini dan percaya pada jalan ini. Meskipun terkadang ada sesuatu hal yang membuatku menjadi jiwa yang “rapuh”. Dan di saat seperti itulah terkadang dia ada dengan segala caranya yang sederhana untuk membuatu menjadi orang yang “kuat” . Membuatku tersenyum dan tertawa jika aku menangis. Dia orang yang baik, bahkan sangat baik dan membuatku semakin menyayanginya. Allah tahu itu. Bagiku dialah bintang hidupku yang semoga kelak menjadi pendamping hidupku. Amin Ya Robbal’alamin.
Di sini, ditempat yang sedikit lebih jauh dari tempatnya berpijak saat ini. Aku merasa ada sesuatu perasaan yang membelengguku, sebuah belenggu yang selama ini aku simpan sendiri, tanpa mengatakannya padanya. Karena ada sebuah alsan yang membuatku tidak mampu untuk mengatakannya. Entahlah, aku sendiri bingung harus aku apakan rasa yang seperti ini? Karena jujur aku terluka oleh perasaan yang seperti ini, sakit sekali rasanya, sekalipun berbagai cara telah kucoba untuk menahannya, dengan tidak mempedulikannya, mengacuhkannya, menganggap tidak ada, bahkan melupakannya sekalipun. Semua itu haya mempu membuatku bertahan sejenak saja. Karena ternyata aku memang belum bisa melepaskannya, aku belum bisa dengan hati ikhlas menerima semua ini. Ada apa denganku? Aku sendiri bingung dan bertanya-tanya? Semakin aku berpikir, semakin banyak pikiran yang masuk dan akhirnya membuatku seperti air keruh dan sulit untuk berpikir secara jernih. Akah benar aku memang harus mengatakannya? Membuatnya mendegar apa yang saat ini aku rasakan? Tentunya dengan perasaan yang seperti ini. Apakah yang akan terjadi nanti setelah dia mendengarkanku? Aku tidak berharap yang banyak dan juga tidak berharap apa yang aku katakana akhirnya membuatnya tersakiti atau ada orang lain yang tersakiti. Jujur aku sangat ingin. Dan mungkin karena itulah sampai saat ini aku tidak mengatakan adalah membuatku menjadi tenang dan nyaman, tetapi justru membuatku menjadi bersalah pada diriku sendiri. Aku seperti butuh ruangan untuk berteriak dan membuang perasaan ini dengan cara mengatakannya dan ada yang mendengarkannya. Hanya untuk melepaskan dan membuat hatiku lebih tenang dan lebih nyaman, sekalipun aku tidak memiliki jaminan bahwa aku akan mendapatkanya. Mungkin seperti itulah harapanku. Jujur semua itu tidak mudah untukku. Dan sekali lagi butuh berkali-kali bercermin apakah aku memang benar harus mengatakannya. Ya, sepertinya aku memang harus mengatakannya. Semoga cara ini adalah cara terbaik untuk membuatku menjadi manusia yang dapat dipercaya. Jujur dan bertanggung jawab. Dapat dipercaya? Tapi apakah aku pernah berjanji tidak akan mengatakannya. Ya Allah Ya Tuhanku, hanya padaMU lah hamba berserah diri. Berilah hamba petunjukMU dan berilah hamba satu keyakinan hati. Jauhkanlah hamba dari sifat bimbang dan ragu-ragu untuk menyelasaikan semua ini dengan cara yang terbaik.
Untukmu dan untuknya, dua orang yang penting dalam hidupku. Orang yang kusayangi, bintang hidupku dan sahabat kecilku, maafkan aku dan tolonglah bantu aku melepaskan perasaan yang seperti ini. Aku mohon dan semoga kalian bisa memahamiku dan mengerti aku. Terima kasih. Terima kasih untuk semuanya.
Malam ini apakah aku akan mengatakannya?
Ya, akhirnya aku pun mengatakannya...
Dan seperti biasanya dia selalu menjawab dengan cara yang sederhana yang membuatku semakin mengerti tentang semua itu.
"Sekarang kita melangkah ke depan, kalau kamu selalu menengok ke belakang pasti kamu akan kembali ke rasa yang seperti itu. Menurutmu aku harus bagaimana? Tidakkah kamu percaya padaku? Cukuplah kau tahu bahwa dihidupku kau ada di tempat yang teristimewa" katamu.
"Terima kasih banyak ya... selalu bantu dan bimbing aku untuk bisa bertahan pada jalan kita"
Vie:Sejenak Mengungkapkan
23.39 |
Menarik nafas......dan sejenak mengungkapkan..
Vie's : Ehem..ehem...
23.52 |
Nice Story For Vie: Kasih Sayang = Ketulusan Hati
17.40 |
Setia Menggendong Sahabat yang Cacat Sunday, 14 February 2010 Lv Xiqing memberi contoh akan arti kasih sayang yang sesungguhnya.Sejak usia tujuh tahun hingga menginjak usia 15 tahun sekarang, Lv setia menggendong sahabatnya yang cacat untuk bisa beraktivitas normal.
KASIH sayang bisa ditunjukkan dengan berbagai cara.Namun, cara yang dipilih Lv Xiqing untuk mengungkapkan rasa sayang kepada sahabatnya, Liu Xiao, jelas tidak biasa. Selama delapan tahun, remaja sebuah SMP di Provinsi Hebei ini selalu menggendong sahabatnya, Liu, untuk bisa beraktivitas di sekolah serta sering membawanya pulang ke rumah seusai sekolah.
Liu memang tidak bisa berjalan sendiri karena kakinya mengalami kelainan sejak lahir.Dua tungkai kakinya lebih pendek dari manusia normal dan tidak bisa digerakkan. Karena sakit yang menahun, kaki Liu pun kehilangan fungsinya. Keadaan itulah yang menyentuh batin Lv saat pertama kali mengenal sahabatnya.
Lv yang dikenal teman-temannya sangat baik hati itu sudah membantu Liu Xiao sejak hari pertama di bangku sekolah. Liv yang saat itu berusia tujuh tahun mengaku iba melihat kondisi Liu. Namun, baru seusai bel pulang dia bisa mengenal lebih dekat Liu yang usianya terpaut dua tahun lebih tua darinya.
Saat itu hujan datang sehingga ibu Liu yang akan menjemput sang anak datang terlambat. Mengetahui Liu sendirian, Lv memutuskan untuk menunda pulang dan menemani Lv yang duduk sendirian di kelas.Ketika Liu ingin membuang air kecil, Lv pun tidak punya pilihan selain menggendong temannya itu ke toilet.“Saya menyuruhnya untuk bangkit dan memegang tangan saya kemudian dia saya gendong,”tutur Lv.
Di lain hari hujan kembali datang dan membuat ibu Liu datang terlambat.Lv pun nekat menawari bantuan untuk menggendong Liu pulang ke rumahnya,walaupun jaraknya cukup jauh. Karena belum terbiasa dan tubuh Liu yang lebih besar, keduanya harus bersusah payah untuk bisa sampai di rumah Liu.Mereka bahkan sempat terperosok ke lumpur serta jatuh di jalan. Sesampainya di rumah ibu Liu langsung menangis melihat apa yang dilakukan Lv. Sebagai ungkapan terima kasih,sang ibu menghadiahi anak berwajah imut itu makan siang.
Saat hendak pulang itulah Lv berjanji kepada ibu sahabatnya tersebut. “Saya akan membantu Liu selama di sekolah dan menggendong pulang sekolah sesering saya bisa. Saya akan meringankan beban ibu,” papar Lv. Setelah pulang ke rumahnya, Lv menderita demam tinggi karena kehujanan dan kelelahan yang sangat. Di tubuhnya juga banyak luka lebam.Namun, tekadnya justru semakin bulat untuk membantu Liu.
Sejak mengantar pulang Liu ke rumahnya,Lv datang ke sekolah lebih pagi dan menunggu ibu Liu datang ke sekolah bersama anaknya. Dengan sigap dia akan mengambil peran ibu Liu dan menggendongnya ke kelas. Saat pulang Lv juga tidak jarang mengantar sang sahabat ke rumahnya. Perhatian besar Lv pada Liu juga ditunjukkan dengan kesediaannya mengantar ke toilet atau ke laboratorium sekolah yang berada di lantai dua.
Kala Liu sakit atau mengalami sembelit, Lv tidak keberatan menggendong dia bolak-balik ke kamar kecil sampai 10 kali. Saat jam makan siang datang dengan cepat Lv menyediakan makan siang untuk dirinya dan Liu.Dia juga tidak ragu untuk menggendong Liu kemana pun dia pergi termasuk ke tempat-tempat menarik yang biasa dikunjungi orang di tempat mereka.
Kebaikan Lv memang tidak terbatas pada Liu.Teman-teman sekolahnya di Sa Huan sangat paham dengan kebiasaan Lv yang suka menolong siapa saja. “Dia tidak bisa tinggal diam.Meski pun lelah, dia akan membantu siapa saja dan membersihkan kelas,”tutur Ma Li, teman satu sekolah mereka. Kesediaan Lv menggendong Liu Xiao membuat teman-temannya kagum.
Namun awalnya, sikap tersebut dia sembunyikan dari keluarganya. Lv tidak ingin membuat orang tuanya khawatir sehingga akan memilih diam saat ditanya alasan mengapa pulang begitu terlambat atau mengapa terdapat banyak luka-luka lebam di tubuhnya. Lv dan Liu memang tinggal di desa berbeda yang letaknya cukup jauh. Saat kedua orang tuanya tahu, Lv pun tidak memiliki alasan lain untuk mengelak.
Semula keluarganya sangat keberatan karena tidak menginginkan anaknya sakit dan keletihan. Sang ayah bahkan mendiamkannya saat dia tahu kebiasaan Lv menggendong Liu.Keteguhan dan ketulusan hati Lv akhirnya melunakkan hati sang ayah dan keluarganya. Kakak perempuan Lv bahkan lebih memilih untuk bekerja dan tidak melanjutkan sekolah di perguruan tinggi karena ingin melihat adiknya mengenyam bangku SMU dan perkuliahan bersama Liu.
“Kami ingin agar Lv tetap bersekolah seperti apa yang dia inginkan.Kami juga tahu salah satu alasan terbesarnya ke sekolah adalah untuk membantu Liu Xiao,”ucap sang kakak. Keluarga Liu sebenarnya sudah berusaha keras mengobati Liu agar bisa berjalan.Tiap bulannya keluarga Liu menghabiskan 89 yuan atau sekitar Rp130 ribu guna mengobati Liu.
Namun, diagnosa dokter justru mengatakan kaki anaknya tidak bisa disembuhkan. Baik Lv dan Liu datang dari keluarga petani yang pas-pasan sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk menyediakan peralatan mahal yang bisa membantu aktivitas sehari-hari Liu. Kini, setelah delapan lebih persahabatan mereka berjalan,Lv tetap tidak berubah dan selalu setia membantu Liu serta temanteman yang lain.
Lv bahkan sudah berjanji untuk masuk SMU yang sama, kuliah di tempat sama, atau bila memungkinkan bekerja di tempat yang sama. Lv memang tidak pernah berpikir untuk berhenti membantu Liu karena dia menyadari menolong Liu merupakan bentuk lain dari rasa syukurnya kepada Tuhan. (maesaroh)
Sebuah Nada Yang Tercipta Untukku 2 : Denting Malam
19.58 |
Malam ini ku sendiri
dengan rasa kesepian
disini kuhanya sendiri
hanya satu bintang menemani aku dengan sinarnya
Terima kasih ku untukNYA
yang memberikanku bintang
yang slalu bersinar dalam hatiku
cahaya yang slalu menemaniku di saat aku sendiri
hanya satu bintang yang menemaniku slalu
temani aku
hingga ujung waktu....
Sebuah Nada Yang Tercipta Untukku : "Hanya Denganmu"
21.49 |
Dirimu selalu membuatku merindu
Di setiap langkahku
Di setiap waktuku
Di saat merindukan sirimu
Apa yang kulakukan
Hanya membayangkan dirimu disampingku
Ku percaya dirimu denganku
dan bahagia esok hari
Percayalah dirimu kepadaku
Hanya denganmu hidupku ini
Sampai nanti sampai akhir nanti
Hanya denganmu
Kuserahkan semua saat ini
sampai akhir nanti..ooh....
saat ini sampai akhir nanti.
"B": 02 Februari 2010
Vie's : "Seberapa Kuatkah Aku atau Rapuhkah Aku?? "
18.39 |
Senja itu...... Sejenak aku memandang jauh ke langit dari kaca jendela bis yang setiap pagiku dan senjaku ku naiki. Entah kenapa lan ia meneteskan air mata di sela-sela senyumnya padaku. "Kenapa" tanyaku.. "......just think about my life. Tak mau terlihat kuat diluar tapi rapuh di dalam.." Aku pun terdiam... Dan entah kenapa kalimat yang diungkapkan olehnya membuatku berpikir tentang hidup yang sedang kujalani saat ini. Seperti apakah aku menjadi hidupku selama ini?? Pernah ada seseorang yang mengungkapkan kalimat yang sama padaku. ".....dibalik kekuatan yang coba kamu tunjukkan pada orang-orang disekitarmu ada sisi rapuh di dalam hatimu..." Maka tak khayal jika aku teringat pada kalimat itu. Jujur kuakui, sering kali aku menyembunyikan segala apa yang kurasakan dibalik senyum dan tawa yang aku tunjukkan pada orang-orang disekitarku. Bukannya aku tidak mau jujur pada diriku sendiri. Aku hanya tidak ingin menjadi orang yang rapuh. Ah....Rapuh?? Apakah kerapuhan itu?? Adakah kerapuhan seseorang itu harus ditunjukkan pada orang lain ataukah lebih baik disembunyikan? Apakah aku termasuk dalam golongan orang yang memiliki jiwa-jiwa yang rapuh?" Entahlah, apakah pertanyaan seperti ini harus kutanyakan? Jawaban seperti apakah yang paling tepat untuk menggambarkan apa itu "rapuh"? Dan disisi lain, setiap orang harus menjadi jiwa yang kuat, yang tidak hanya kuat diluar tetapi juga di dalam. Pertanyaannya adalah apakah yang dimaksud "kuat" itu? Bagaimana menjadi jiwa yang kuat? Hingga saat ini aku terus menjalani hidupku. Dan mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul dibenakku. Tentang apa itu kuat dan apa itu rapuh. Setidaknya menurut pengertian sederhanaku. Keduanya saling berkaitan. Ada sebuah artikel ato sebuah tulisan sederhana yang menarik untuk disimak.
Rapuh, Belajar untuk Kuat
Februari 27, 2009 oleh dewi
http://dewiyuhana.wordpress.com/2009/02/27/rapuh-belajar-untuk-kuat/
" terkadang kita memang harus menjadi lidi,
untuk menyadari bahwa kita tak bisa [selalu] sendiri
membutuhkan orang lain,
untuk saling menguatkan, menyempurnakan…"
itu komen saya untuk note seorang teman di fesbuk yang menulis “jangan menjadi lidi, yang hanya kuat saat bersatu dan rapuh kala sendiri”. hai teman -to not write ur complete name here-, menjadi rapuh bukan sebuah kesalahan, kelemahan, apalagi dosa. menjadi rapuh menunjukkan bahwa kita benar-benar manusia, makhluk sosial yang diciptakan untuk hidup bermasyarakat, saling membantu, membutuhkan, wujud dari hablun min annaas, ukhuwah dan apapun istilah lainnya.
menjadi rapuh merupakan kesempatan belajar untuk lebih kuat, tegar.
manusia tak akan menikmati saat kuat sebelum merasakan dan melewati fase rapuh. tak akan mensyukuri dan memahami kesenangan dan kebahagiaan sebelum merasakan kesedihan. selalu [harus] ada keseimbangan dalam hidup, ada hitam dan putih, ada yin-yang, malam-siang, matahari dan bulan.
rasakan kerapuhanmu, kelemahanmu, kesedihanmu…
sebagai anugerah nikmat dariNya
Rasanya agak menjadi lebih baik setelah aku menuliskan ini. Semoga aku termasuk ke dalam jiwa-jiwa yang selalu belajar menjadi kuat sekalipun dengan menjadi rapuh terlebih dahulu. Aku tak mungkin hidup sendiri dan memang aku tidak hidup sendiri. Dan ternyata aku memang membutuhkan orang lain......
Membutuhkan keluargaku..
Membutuhkan orang tuaku..
Membutuhkan saudara-saudaraku...
Membutuhkan teman-teman dan sahabat-sahabatku...
Membutuhkan siapapun...
termasuk membutuhkanmu "seseorang yang saat ini ada di hatiku"
Dan yang pasti membutuhkanNYA..
Maka sungguh lengkaplah hidup ini.
"...Sesungguhnya Allah tidak memberikan apa yang menjadi keinginan hambaNYA, tetapi ALLAH pasti memberikan apa yang menjadi kebutuhan hambaNYA"
Pernahkan kita menyadarinya?
Apakah kita harus membiarkan diri kita terbelenggu oleh keinginan-keinginan yang terkadang itu tidak bermanfaat dan sia-sia saja karena bukan hal yang sebenarnya kita butuhkan?
Vie's 18 Januari 2010. 15:28
Sekedar cara untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik. : )
Read Users' Comments (0)