Vie: Sebuah Ungkapan Yang Terindah...
18.11 |
Vie: Tentang Bintang Hidupku
21.15 |
Hampir satu tahun berlalu sejak aku buka kembali hati ini untuk menerima seseorang masuk dalam kehidupanku. Memberi kesempatan pada diriku untuk membiarkan seseorang masuk di ruangan kosong dihatiku yang saat itu kututup bagi siapa pun. Ternyata memilih untuk membuka kembali hati ini adalah sebuah pilihan yang akhirnya aku pilih. Dan lihatlah telah ada seseorang yang mengisi ruang hatiku. Seseorang yang telah menjadi bagian dari diriku saat ini. Seseorang yang menurutku “sederhana” namun memiliki sesuatu yang membuatku menyayangi dia apa adanya.
Dengan dirinyalah perjalanan ini aku jalani. Melangkah dan biarkan kaki ini terus menerus melangkah. Bermimpi, dan biarkan diri ini bermimpi. Mimpi akan sebuah harapan masa depan yang indah. Jauh dan jauh ke angkasa. Seperti kata orang “bermimpilah setinggi langit” Mungkin seperti itulah “setinggi langit” akhirnya kami pun bermimpi. Dan tentunya berharap mimpi itu akan jadi sebuah kenyataan pada suatu waktu nanti, waktu yang akan datang, waktu yang tepat.
Aku tahu dan sadar bahwa segala sesuatu tidak selalu mudah adanya. Terkadang membutuhkan sebuah “pengorbanan” atau yang lebih pas disebut dengan usaha atau yang paling pas lagi disebut dengan ikhtiar. Ya, setiap manusia memang harus berusaha dan berikhtiar padaNYA. Begitupun dengan diriku, selalu berusaha agar Allah berkenan meridhoi jalan hidupku ini. Jalan kasih saying yang kujalani bersama dia yang saat ini ada dihatiku. Aku selalu berusaha meyakini dan percaya pada jalan ini. Meskipun terkadang ada sesuatu hal yang membuatku menjadi jiwa yang “rapuh”. Dan di saat seperti itulah terkadang dia ada dengan segala caranya yang sederhana untuk membuatu menjadi orang yang “kuat” . Membuatku tersenyum dan tertawa jika aku menangis. Dia orang yang baik, bahkan sangat baik dan membuatku semakin menyayanginya. Allah tahu itu. Bagiku dialah bintang hidupku yang semoga kelak menjadi pendamping hidupku. Amin Ya Robbal’alamin.
Di sini, ditempat yang sedikit lebih jauh dari tempatnya berpijak saat ini. Aku merasa ada sesuatu perasaan yang membelengguku, sebuah belenggu yang selama ini aku simpan sendiri, tanpa mengatakannya padanya. Karena ada sebuah alsan yang membuatku tidak mampu untuk mengatakannya. Entahlah, aku sendiri bingung harus aku apakan rasa yang seperti ini? Karena jujur aku terluka oleh perasaan yang seperti ini, sakit sekali rasanya, sekalipun berbagai cara telah kucoba untuk menahannya, dengan tidak mempedulikannya, mengacuhkannya, menganggap tidak ada, bahkan melupakannya sekalipun. Semua itu haya mempu membuatku bertahan sejenak saja. Karena ternyata aku memang belum bisa melepaskannya, aku belum bisa dengan hati ikhlas menerima semua ini. Ada apa denganku? Aku sendiri bingung dan bertanya-tanya? Semakin aku berpikir, semakin banyak pikiran yang masuk dan akhirnya membuatku seperti air keruh dan sulit untuk berpikir secara jernih. Akah benar aku memang harus mengatakannya? Membuatnya mendegar apa yang saat ini aku rasakan? Tentunya dengan perasaan yang seperti ini. Apakah yang akan terjadi nanti setelah dia mendengarkanku? Aku tidak berharap yang banyak dan juga tidak berharap apa yang aku katakana akhirnya membuatnya tersakiti atau ada orang lain yang tersakiti. Jujur aku sangat ingin. Dan mungkin karena itulah sampai saat ini aku tidak mengatakan adalah membuatku menjadi tenang dan nyaman, tetapi justru membuatku menjadi bersalah pada diriku sendiri. Aku seperti butuh ruangan untuk berteriak dan membuang perasaan ini dengan cara mengatakannya dan ada yang mendengarkannya. Hanya untuk melepaskan dan membuat hatiku lebih tenang dan lebih nyaman, sekalipun aku tidak memiliki jaminan bahwa aku akan mendapatkanya. Mungkin seperti itulah harapanku. Jujur semua itu tidak mudah untukku. Dan sekali lagi butuh berkali-kali bercermin apakah aku memang benar harus mengatakannya. Ya, sepertinya aku memang harus mengatakannya. Semoga cara ini adalah cara terbaik untuk membuatku menjadi manusia yang dapat dipercaya. Jujur dan bertanggung jawab. Dapat dipercaya? Tapi apakah aku pernah berjanji tidak akan mengatakannya. Ya Allah Ya Tuhanku, hanya padaMU lah hamba berserah diri. Berilah hamba petunjukMU dan berilah hamba satu keyakinan hati. Jauhkanlah hamba dari sifat bimbang dan ragu-ragu untuk menyelasaikan semua ini dengan cara yang terbaik.
Untukmu dan untuknya, dua orang yang penting dalam hidupku. Orang yang kusayangi, bintang hidupku dan sahabat kecilku, maafkan aku dan tolonglah bantu aku melepaskan perasaan yang seperti ini. Aku mohon dan semoga kalian bisa memahamiku dan mengerti aku. Terima kasih. Terima kasih untuk semuanya.
Malam ini apakah aku akan mengatakannya?
Ya, akhirnya aku pun mengatakannya...
Dan seperti biasanya dia selalu menjawab dengan cara yang sederhana yang membuatku semakin mengerti tentang semua itu.
"Sekarang kita melangkah ke depan, kalau kamu selalu menengok ke belakang pasti kamu akan kembali ke rasa yang seperti itu. Menurutmu aku harus bagaimana? Tidakkah kamu percaya padaku? Cukuplah kau tahu bahwa dihidupku kau ada di tempat yang teristimewa" katamu.
"Terima kasih banyak ya... selalu bantu dan bimbing aku untuk bisa bertahan pada jalan kita"
Vie:Sejenak Mengungkapkan
23.39 |
Menarik nafas......dan sejenak mengungkapkan..
Vie's : Ehem..ehem...
23.52 |
Nice Story For Vie: Kasih Sayang = Ketulusan Hati
17.40 |
Setia Menggendong Sahabat yang Cacat Sunday, 14 February 2010 Lv Xiqing memberi contoh akan arti kasih sayang yang sesungguhnya.Sejak usia tujuh tahun hingga menginjak usia 15 tahun sekarang, Lv setia menggendong sahabatnya yang cacat untuk bisa beraktivitas normal.
KASIH sayang bisa ditunjukkan dengan berbagai cara.Namun, cara yang dipilih Lv Xiqing untuk mengungkapkan rasa sayang kepada sahabatnya, Liu Xiao, jelas tidak biasa. Selama delapan tahun, remaja sebuah SMP di Provinsi Hebei ini selalu menggendong sahabatnya, Liu, untuk bisa beraktivitas di sekolah serta sering membawanya pulang ke rumah seusai sekolah.
Liu memang tidak bisa berjalan sendiri karena kakinya mengalami kelainan sejak lahir.Dua tungkai kakinya lebih pendek dari manusia normal dan tidak bisa digerakkan. Karena sakit yang menahun, kaki Liu pun kehilangan fungsinya. Keadaan itulah yang menyentuh batin Lv saat pertama kali mengenal sahabatnya.
Lv yang dikenal teman-temannya sangat baik hati itu sudah membantu Liu Xiao sejak hari pertama di bangku sekolah. Liv yang saat itu berusia tujuh tahun mengaku iba melihat kondisi Liu. Namun, baru seusai bel pulang dia bisa mengenal lebih dekat Liu yang usianya terpaut dua tahun lebih tua darinya.
Saat itu hujan datang sehingga ibu Liu yang akan menjemput sang anak datang terlambat. Mengetahui Liu sendirian, Lv memutuskan untuk menunda pulang dan menemani Lv yang duduk sendirian di kelas.Ketika Liu ingin membuang air kecil, Lv pun tidak punya pilihan selain menggendong temannya itu ke toilet.“Saya menyuruhnya untuk bangkit dan memegang tangan saya kemudian dia saya gendong,”tutur Lv.
Di lain hari hujan kembali datang dan membuat ibu Liu datang terlambat.Lv pun nekat menawari bantuan untuk menggendong Liu pulang ke rumahnya,walaupun jaraknya cukup jauh. Karena belum terbiasa dan tubuh Liu yang lebih besar, keduanya harus bersusah payah untuk bisa sampai di rumah Liu.Mereka bahkan sempat terperosok ke lumpur serta jatuh di jalan. Sesampainya di rumah ibu Liu langsung menangis melihat apa yang dilakukan Lv. Sebagai ungkapan terima kasih,sang ibu menghadiahi anak berwajah imut itu makan siang.
Saat hendak pulang itulah Lv berjanji kepada ibu sahabatnya tersebut. “Saya akan membantu Liu selama di sekolah dan menggendong pulang sekolah sesering saya bisa. Saya akan meringankan beban ibu,” papar Lv. Setelah pulang ke rumahnya, Lv menderita demam tinggi karena kehujanan dan kelelahan yang sangat. Di tubuhnya juga banyak luka lebam.Namun, tekadnya justru semakin bulat untuk membantu Liu.
Sejak mengantar pulang Liu ke rumahnya,Lv datang ke sekolah lebih pagi dan menunggu ibu Liu datang ke sekolah bersama anaknya. Dengan sigap dia akan mengambil peran ibu Liu dan menggendongnya ke kelas. Saat pulang Lv juga tidak jarang mengantar sang sahabat ke rumahnya. Perhatian besar Lv pada Liu juga ditunjukkan dengan kesediaannya mengantar ke toilet atau ke laboratorium sekolah yang berada di lantai dua.
Kala Liu sakit atau mengalami sembelit, Lv tidak keberatan menggendong dia bolak-balik ke kamar kecil sampai 10 kali. Saat jam makan siang datang dengan cepat Lv menyediakan makan siang untuk dirinya dan Liu.Dia juga tidak ragu untuk menggendong Liu kemana pun dia pergi termasuk ke tempat-tempat menarik yang biasa dikunjungi orang di tempat mereka.
Kebaikan Lv memang tidak terbatas pada Liu.Teman-teman sekolahnya di Sa Huan sangat paham dengan kebiasaan Lv yang suka menolong siapa saja. “Dia tidak bisa tinggal diam.Meski pun lelah, dia akan membantu siapa saja dan membersihkan kelas,”tutur Ma Li, teman satu sekolah mereka. Kesediaan Lv menggendong Liu Xiao membuat teman-temannya kagum.
Namun awalnya, sikap tersebut dia sembunyikan dari keluarganya. Lv tidak ingin membuat orang tuanya khawatir sehingga akan memilih diam saat ditanya alasan mengapa pulang begitu terlambat atau mengapa terdapat banyak luka-luka lebam di tubuhnya. Lv dan Liu memang tinggal di desa berbeda yang letaknya cukup jauh. Saat kedua orang tuanya tahu, Lv pun tidak memiliki alasan lain untuk mengelak.
Semula keluarganya sangat keberatan karena tidak menginginkan anaknya sakit dan keletihan. Sang ayah bahkan mendiamkannya saat dia tahu kebiasaan Lv menggendong Liu.Keteguhan dan ketulusan hati Lv akhirnya melunakkan hati sang ayah dan keluarganya. Kakak perempuan Lv bahkan lebih memilih untuk bekerja dan tidak melanjutkan sekolah di perguruan tinggi karena ingin melihat adiknya mengenyam bangku SMU dan perkuliahan bersama Liu.
“Kami ingin agar Lv tetap bersekolah seperti apa yang dia inginkan.Kami juga tahu salah satu alasan terbesarnya ke sekolah adalah untuk membantu Liu Xiao,”ucap sang kakak. Keluarga Liu sebenarnya sudah berusaha keras mengobati Liu agar bisa berjalan.Tiap bulannya keluarga Liu menghabiskan 89 yuan atau sekitar Rp130 ribu guna mengobati Liu.
Namun, diagnosa dokter justru mengatakan kaki anaknya tidak bisa disembuhkan. Baik Lv dan Liu datang dari keluarga petani yang pas-pasan sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk menyediakan peralatan mahal yang bisa membantu aktivitas sehari-hari Liu. Kini, setelah delapan lebih persahabatan mereka berjalan,Lv tetap tidak berubah dan selalu setia membantu Liu serta temanteman yang lain.
Lv bahkan sudah berjanji untuk masuk SMU yang sama, kuliah di tempat sama, atau bila memungkinkan bekerja di tempat yang sama. Lv memang tidak pernah berpikir untuk berhenti membantu Liu karena dia menyadari menolong Liu merupakan bentuk lain dari rasa syukurnya kepada Tuhan. (maesaroh)
Sebuah Nada Yang Tercipta Untukku 2 : Denting Malam
19.58 |
Malam ini ku sendiri
dengan rasa kesepian
disini kuhanya sendiri
hanya satu bintang menemani aku dengan sinarnya
Terima kasih ku untukNYA
yang memberikanku bintang
yang slalu bersinar dalam hatiku
cahaya yang slalu menemaniku di saat aku sendiri
hanya satu bintang yang menemaniku slalu
temani aku
hingga ujung waktu....
Sebuah Nada Yang Tercipta Untukku : "Hanya Denganmu"
21.49 |
Dirimu selalu membuatku merindu
Di setiap langkahku
Di setiap waktuku
Di saat merindukan sirimu
Apa yang kulakukan
Hanya membayangkan dirimu disampingku
Ku percaya dirimu denganku
dan bahagia esok hari
Percayalah dirimu kepadaku
Hanya denganmu hidupku ini
Sampai nanti sampai akhir nanti
Hanya denganmu
Kuserahkan semua saat ini
sampai akhir nanti..ooh....
saat ini sampai akhir nanti.
"B": 02 Februari 2010