RSS

Halamannn

Dengarkan dan Kau Kan Temukan Dirimu Yang Sebenarnya...



Kita mungkin pernah atau bahkan sering bertanya pada diri sendiri, mau apa dalam hidup ini? Atau hidup ini akan diapakan? Sering kita mengejar sesuatu yang menurut kita merupakan sesuatu yang kita inginkan. Tetapi ketika semua yang diinginkan itu tercapai, kita merasa hambar dan hampa. Rasanya semua itu tidak ada artinya. Kita hanya menuruti keinginan, bukan kebutuhan. Kita semua mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental, tentang tujuan hidup dan tempat kita di dunia. Masalah muncul ketika kita focus kepada pertanyaan-pertanyaan yang salah dan mencari jawaban di luar diri kita. Sering kita tidak mengetahui, apa yang benar-benar kita tidak tahu, siapa diri kita yang sebenarnya. Menurut para ahli, kita dapat menemukan diri autentik kita, atau diri kita yang sebenarnya hanya dengan cara mendengarkan.
Dengarkan Suaramu…
Kita sering mengatakan hal-hal yang menyakitka kepada diri kita sendiri, yang tak akan kita katakana kepada orang lain. Atau yang tidak akan kita dengar dikatakan orang lain kepada kita.
Jika kamu menemukan diri kamu menemukan hal ini, tanyakan pada dirimu, “Berapa banyak dialog ini yang bersal dari orangutan saya, pendidikan saya, kebudayaan dan pengalaman saya? Saya hidup menurut nilai-nilai siapa? Pengaruh-prngaruh apa saja yang bersama-sama membentuk pkitangan saya pada diri sendiri? Apa bakat-bakat pada keterbatasan-keterbatasan saya yang sebenarnya”
Menuliskan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan merupakan cara yang baik untuk membantu kamu menemukan jawaban-jawaban. Jangan berkecil hati jika apa yang kamu tulis tampak dangkal atau hambar pada awalnya. Tulis terus sampai teradi sesuatu. Garisbawahi kalimat-kalimat yang memuaskanmu. Denan melakukan hal ini, kamu akan mulai mendapatkan gambaran tentang kehidupan seprti apa yang kita inginkan. Lalu kita dapat mulai menjelajahi bagaimana caranya menciptakan kehidupan seperti itu.
Dengarkan Apa Yang Dikatakan Tubuh Kita Tentang Kita
Jalan mnuju autentisitas dimulai dari tubuh kita. Kita sering mengajukan tuntutan-tuntutan yang tidak realistis tentang bagaimana seharusnya tubuh kita. Kita sering mengatur tubuh kita secara berlebihan, misalnya mengendalikan berat badan dengan diet ketat, mengenakan baju dan kosmetik yang tidak sesuai. Kita sering mencapai kesempurnaan dengan cara mengikuti pkitangan-pkitangan orang lain. Jika di saat kita belum menemukan penerimaan diri, hal itu dapat menyebabkan frustasi dan kehilangan identitas. Kenali kemampuan alamiah kita dan aktivitas-aktivitas yang dibuat untuk tubuh kita.
Dengarkan Suara Keheningan
Seorang Profesor berkunjung pada seorang master Zen dengan pikiran penuh pertanyaan. Master Zen menuangkan teh sementara professor tersebut bicara tak putus-putusnya. Ketika cangkir itu penuh, master Zen tetap saja menuang terus sehingga the tumpah ke meja. “Cangkir ini”, katanya kepada professor itu, “Seperti pikiran kita. Tidak ada tempat untuk sesuatu yang baru”
Cerita ini mengambarkan, kita tidak boleh memaksa menjejalkan setiap saat dengan aktivitas-aktivitas dan stimuli eksternal. Kita sering sengaja menyibukkan diri untuk menghindari rasa tidak senang pada diri sendiri yang muncul ketika kita sedang sendiri dan bosan. Begitu juga halnya, kita tidak boleh menghilangkan kesedihan-kesedihan karena merasa kosong dengan menjejali perut kita dengan makanan. Duduklah dengan rasa sakit itu. Tinggallah di dalam kekosongan itu. Rasa sakit dan kekosongan itu akan membentuk dirinya sendiri jika kita tidak mengisinya. Tenangkan pikiran kita dan dengarkan suara kita yang paling dalam dan paling benar.
Jika sudah terlalu lama mendengarkan dan menurutkan kata-kata berisik yang ada diluar diri kita, cobalah sekarang memperhatikan suara keheningan. Suara yang paling hakiki akan terdengar di saat paling hening. Disana akan muncul suara-suara nurani, yang akan membawa kebahagiaan untuk kita.
Enam Pertanyaan Hakiki pada Diri Sendiri
Jika kamu menginginkan kejernihan dan focus pada hidup kita. Luangkan waktu untuk memikirkan enam pertanyaan berikut ini. Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tampak sederhana, tetapi langsung menyentuh jiwa kita, eksistensi kita. Mungkin perlu waktu serta keberanian untuk menjawabnya. Kita tak perlu terburu-buru dan menekan diri kita. Visi kita akan muncul saat siap menerimanya, dan kita akan berada di jalan kehidupan yang benar-benar kita inginkan.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba terburu-buru, enam pertanyaan hakiki ini merupakan tema yang bagus untuk berkontemplasi. Kita memerlukan sebuah break dalam hidup, agar rutinitas tidak merampas eksistensi diri kita. Enam pertanyaan hakiki tersebut member kita kesempatan merenungkan ulang tentang keberadaan diri autentik masing-masing.
(1)
Siapa Saya?
Inilah pertanyaan pokok mengenai diriautentik. Pertanyaan ini tak cukup dijawab hanya dengan menyebutkan nama dan seperangkat atribut individual yang bersifat permukaan belaka. Jawaban seati atas pertanyaan ini mengacu pada diri kita yang sebenarnya, seperangkat kepribadian unik dan jati diri kita.
Setiap orang lahir dengan seperangkat bakat dan temperamen yang unik. Tetapi, dalam perjalanannya mungkin ditekan harapan-harapan keluarga, teman-teman dan masyarakat. Terlalu lama kehidupan kita mendapat represi dari segala jurusan. Terlalu lama kita hidup dengan menurutkan keinginan orang. Sebagian dari kecemasan kita muncul dari kehendak yang memaksakan diri untuk menyesuaikan diri kita dengan pendapat orang.
Menjawab pertanyaan ini ibarat bersentuhan dengan kepribadian inti kita, dan dapat membantu kita menemukan kembali apa yang menurut kita paling berharga dalam hidup ini.
Temuan kekuranganmu. Cobalah mengingat kembali kepribadianmu ketika masih anak-anak.
Apakah kamu termasuk anak pemalu?
Apakah kamu bertindak secara metodis atau justru suka berpetualang dan berimprovisasi?
Apakah kamu sering bertengkar atau memiliki jiwa kompetesi?
Apakah perasaan kamu sensitive, gampang tersinggung, mudah terluka?
Kamu lebih suka mengisi waktu luang kamu dengan kegiatan sperti apa? bermain diluar, menyatu dengan alam, atau membaca buku?
Temukan bakat-bakatmu. Sejauh yang kamu ingat dri masa kecil, hal-hal apa saja yang dapat kamu lakukan dengan baik? Bidang-bidang apa yang menarik minat kamu dan kamu tekuni? Apakah membuat atau memperbaiki sesuatu, menggambar, menulis, ikut atlentik, menyanyi, menari, bermain bola, mengerjakan tugas-tugas ilmiah?
Cobalah mengingat, apa cita-cita kamu sewaktu masih kanak-kanak?
Bandingkan dirimu yang dulu dengan dirimu yang sekarang. Bakat-bakat atau kecenderungan-kecenderungan apa yang didorong atau dihilangkan orang tuamu dan orang-orang lainnya?
Apakah perjuanganmu meraih cita-cita mendapat hambatan serius dari lingkungan?
Bagaimana pesan-pesan ini mempengaruhimu sekarang?
(2)
Mengapa Saya Disini?
Banyak diantara kita yang mengalami amnesia untuk menjawab pertanyaan ini. Dunia modern yang serba sibuk membuat kita lupa, saat ini berda dimana. Pertanyaan terpenting-mengapa ada disini?-adalah sesuatu yang lebih tidak kita sadari jawabannya. Kebanyakan diantara kita hidup dengan cara mengalir, tanpa cukup sadar mengapa kita mau mengikuti arus.
Padahal, keberdaan kita disini saat ini, mungkin saja menyimpang dari tuuan kita yang sebenarnya dalam hidup ini.
Dalam dunia modern yang super sibuk, banyak tindakan diarahkan pada tujuan mencapai kepuasaan dnegan mengejar benda-benda material. Sebagai dorongan primer, keinginan-keinginan ini menimbulkan rasa iri, idaman yang tak bisa dipuaskan, dan kekecewaan yang kronik. Maksimisasi perolehan benda-benda material justru membuat hidup kita tak mungkin terpuaskan. Baru saja kamu mendapatkan apa yang kamu pikir kamu inginkan. Setelah semua itu tercapai, kamu akan bertanya lagi pada diri sendiri, “apa yang saya inginkan lagi sekarang?” kemudian kamu terjebak lagi dalam irama kehidupan rutinitas, dalam jadwal yang ketat, untuk mewujudkan keinginan-keinginan baru itu.
Untuk menjawab pertanyaan kedua ini, lebih baik kamu berkonsentrasi pada arti. Carilah hakikat dari keberadaan benda material. Bedakan keinginan dan kebutuhan. Cobalah menemukan sesuatu di dalam dirimu, yang membuatmu benar-benar merasa bahagia. Maka kamu akan mendapatkan kekuatan hidup yang melahirkan kebahagiaan yang tak bisa didatangkan oleh benda apa pun.
Catat keinginan-keinginanmu. Coba pejamkan mata dan bayangkan dirimu ketika masih kanak-kanan. Ingatlah kembali beberapa hal yang kamu inginkan. Pistol mainan, mobil-mobilan, sepeda? Ingatlah juga hal-hal yang kamu inginkan semasa kecil, tetapi bukan berupa benda material. Misalnya tujuan-tujuan emosional. Mungkin kamu menginginkan teman baik, sahabat dan sebagainya. Lalu lakukanlah hal yang sama pada masa remaja mu, usia 20 an, dans eterusnya sampai saat ini. Catatlah hal-hal yang kamu inginkan tersebut. Sesudah selesai, tinjaulah kembali catatan-catatan mu untuk melihat suatu pola tertentu yang paling mempengaruhi keinginanmu. Cobalah menganalisis apakah keinginanmu dipengaruhi oleh orang lain, lingkunganmu atau berasal dari lubuk hatimu sendiri?
Buatlah obituari mengenai dirimu sendiri. Bayangkan kamu diminta menulis sesuatu mengenai kehidupanmu, atau berpidato untuk mengenangmu. Bagaimana kamu menggambarkan kehidupan kamu sendiri? Kata-kata apa yang kamu dengrakan tentang dirimu? Kamu paling suka dikenang dalam hal apa?

(3)
Dari Mana Asal Saya?
Pertanyaan ini mungkin berkaitan dengan wilayah geografis, dijawab dengan konteks sosial maupun berdasarkan perannya dalam hirarki pekerjaan dan masyarakat. Dalam lingkungan seperti mana kita dibesarkan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengenali diri kita perhatikan, kita meraa paling nyaman berada dimana? Apakah budaya korporat, struktur sosial, atau secara geografis? Mana yang lebih memberi kepuasan bagi kamu, jabatan dan pekerjaan, posisi sosial, atau ingkungan geografis tempat kamu sekarang tinggal?
Jelaskan posisi kamu. Bagaimana kamu melukiskan diri kamu dalam hirarki sosial atau pada pekerjaan?
Pikiran siapa yang paling diuntungkan dari bakat-bakat dan prestasi kamu; diri kamu sendiri, atau entitas lainnya? Jika kamu bener-bener nerasa berasal dari suatu tempat, kamu selalu merasa sebagai orang yang paling diuntungkan dari situasi kamu.
Ingatlah tempat-tempat ideal kamu. Pikirkan kembali saat-saat dalam hidup kamu dimana kamu merasa benar-benar hidup dan betah. Kamu berada dimana dan apa yang kamu lakukan?
Gambarkan tempat tersebut dan orang-orang di sekitar kamu. Apa yang membuat kamu senang?
Jika kamu tak pernah mengalami hal ini, pikirkan apakah kamu mempunyai respons terhadap suatu tempat yang pernah kamu baca atau sekedar kamu lihat fotonya. Semirip apa tempat yang kamu tinggali sekarang dengan yang kamu idam-idamkan? Bagaimana cara kamu menggabungkan posisi kamu dengan tempat asal kamu?
(4)
Siapa Yang Saya Cintai?
Rasa cinta adalah fokus dan tujuan dari rasa emosional yang terdalam. Cinta diarahkan bukan hanya pada orang, tapi juga benda-benda serta sesuatu yang abstrak seperti kekuasaan. Mendeteksi siapa atau apa yang dicintai, merupakan awal yang baik untuk melihat ke mana antusiasme emosional terarah.
Dalam dunia serba material, kita sering mengarahkan rasa emosional pada benda. Disadari atau tidak, banyak diantara kita lebih bergairah saat merangkul benda-benda dibandingkan orang. Tetapi saat kita diingatkan bahwa kepuasan mendalam adalah berasal dari memperhatikan yang lain., maka kita mengembalikan energy ke dalam kasih sayang yang benar-benar penting. Kita mengembalikan objek cinta kepada manusia, bukan produk. Cara ini akan efektif untuk mengetahui apakah anda menghabiskan energy emosional untuk hal-hal yang benar.
Buat Daftar Kasih Sayang. Tuliskan nama orang, tempat-tempat, dan barang-barang yang paling dekat denganmu di saat kamu masih kecil. Lalu, kamu paling dekat dnegan siapa? Dimana dan dengan siapa kamu merasa paling aman? Lalu perhatikan kualitas hubungan-hubungan kamu dengan orang lain. Apakah hubungan itu secara konsisten penuh kasih sayang dan mendukung, atau kamu kadang merasa disakiti atau dikhianati? Apakah pasang surut dalam hubungan interpersonal mempengaruhi persepsi kamu terhadap orang yang kamu sayangi? Anda perlu mencatat pengalaman-pengalaman yang melahirkan rasa tidak aman dan kecurigaan, yang membuat kamu lebih sulit bermurah hati dengan cinta kamu. Kajilah dengan obyektif, apakah kamu yang egois, atau ada faktor X yang menempatkan hubungan dalam masalah. Sekarang pikirkan orang-orang yang punya ikatak kuat denganmu. Hal-hal apa saja yang dapat memperkuat dan melaksanakan hubungan tersebut? Perilaku-perilaku datau keyakinan-keyakinan apa yang terbawa dari masa kanak-kanak? Bagaimana hidupmu akan berubah jika kamu kehilangan salah satu dari hubungan ini?
Perhatikan Cinta Pertamamu. Buatlah daftar hal-hal positif dan negative dari cinta. Apakah kamu cenderung mengusai atau dikuasai pasangan? Apakah pengorbananmu mendapat imbalan yang sepadan? Mana yang menjadi bagian pola-pola hubunganmu saat ini? Mana yang ingin kamu pertahankan? Mana yang ingin kamu hilangkan?
Perhatikan Bagaimana Kamu Mengungkapkan Cintamu. Buat daftar hubungan-hubungan paling penting, dan tuliskan penjelasannya, besar dan kecil, cara menyatakan cinta kepada satu sama lain. Bagaimana kamu mengekspresikan cinta kepada pasangan? Bagaimana kamu mengungkapkan kasih sayang kepada anak-anak?
(5)
Siapa Yang Mencintai Saya?
Sebagian orang berusaha keras membuktikan diri mereka adalah sahabat, pekerja, orangtua, dan kekasih yang baik. Mereka terus-menerus mencari kepercayaan dari orang lain, percaya pada apa yang mereka laukan ketimbang siapa mereka, yang membuat mereka merasa berharga. Mereka telah member dan kini saatnya untuk menerima.
Pertanyaan ini membantumu mengerti, bahwa kamu dapat dicintai dengan segala kesalahan dan kelemahanmu, dan membuatmu lebih berpeluang menemukan dan mempertahankan visi-visimu.
Pisahkan cinta dan prestasi. Buatlah daftar enam hal paling penting yang berhasil kamu raih. Ingat kembali kesulitan-kesulitan yang kamu hadapi, dan bagaimana kamu menghadapinya. Apakah ada pola tertentu dalam prestasimu? Apakah semuanya berkaitan dengan karirmu, misalnya
Sekarang bandingkan sukses ini dengan enam hubungan (yang lalu dan sekarang) yang paling kamu banggakan. Catatlah setiap tantangan yang kamu atasi bersama, atau setiap pertumbuhan yang kamu rasakan sebagai hasil dari hubungan itu. Siapakah diantara orang-orang ini yang benar-benar mencintai kamu secara apa adanya? Bagaimana masing-masing mereka mengungkapkan cintanya? Pelajaran apa yang kamu dapatkan dari masing-masing hubungan?
Buat syair cinta. Ini tidak sama dengan puisi cinta yang ditujukan pada seseorang. Arahkan pikiran kamu ke dalam nurani, dan periksa bagaimana rasanya dicintai. Syairmu tidak harus berupa sajak. Buatlah daftar emosi atau baying-bayang yang kamu kaitkan dengan perasaan dicintai. Atau kenang suatus aat di mana kamu merasa diterima dan dihargai apa adanya. Dan tuliskan dalam kalimat-mungkin satu kalimat yang sangat dalam maknanya, dan sangat personal bagimu.
(6)
Bagaimana Caranya Jujur Kepada Diri Sendiri?
Ini adalah pertanyaan tersulit. Kita memang memiliki instink untuk juur kepada diri sendiri. Namun kita sulit mempertahankannya secara konstan, dalam berbagai konteks-terutama pada saat kepentingan kita terancam.
Yang lebih sulit adalah bagaimana memperhitungkan kejujuran dalam diri itu, ke dalam akal logika kita. Sebab seringkali kita mengesampingkan apa yang dikatakan nurani, dan lebih pada memperhatikan impuls-impuls eksternal.
Semua orang ingin disukai. Tapi ketika kamu terlalu takut mengecewakan orang lain, kadang-kadang kamu terpaksa mengecewakan diri sendiri. Kamu pun dapat kehilangan harga diri. Rasa ingin disukai bisa berpengaruh besar dalam kehidupanmu, dan justru menghambatmu menemukan jati diri.
Sesudah menjawab lima pertanyaan pertama, banyak orang menemukan bayangan diri mereka yang sebenarnya mulai muncul. Awalnya mungkin seperti sketsa. Jadi, kamu harus dilindungi bayangan yang berharga itu sampai menjadi cukup kuat untuk mengungkapkan diri sendiri. Diri autentik akan muncul samar-samar dan kamu akan menegaskan garis-garis yang kabur itu.
Untuk menjawab pertanyaan terakhir, tinjaulah catatan-catatan mu dari lima pertanyaan yang lain. Pikirkan sifat-sifat dan kecenderungan-kecenderungan yang kamu temukan. Pastikan bahwa jawaban-jwaban pada lima pertanyaan itu mutlak merupaan jawaban yang jujur. Kemudian, sadarilah bagaimana kamu dapat mengenali dan menghindarkan jalan putar di sepanjang perjalanmu untuk berubah.
Biarkan Visi Muncul: Suatu Kehidupan Baru
Setelah menjawab enam pertanyaan diatas, kamu membutuhkan semacam periode kontemplasi. Kamu memerlukan waktu untuk merenungkan segalanya. Berilah kesempatan pada dirimu untuk mempertimbangkan ide-ide baru yang muncul. Jika kamu cukup bersabar, kamu akhirnya akan mendapatkan pengalaman pemicu, yang dapat merangsang alam bawah sadar mu untuk menghasilkan visi tersebut.
Setiap aktivitas yang merupakan pengulangan seperti berjalan, merajut, berenang, menyapu dedaunan, cenderung menjernihkan pikiran dan membuatmu lebih terbuka pad aide-ide baru. Pada saat bersamaan, hindari orang-orang yang tidak simpatik, suka mencela, atau merasa terancam perubahan. Mereka bisa membuatmu meragukan diri sendiri. Tanamkan keyakinan yang kuat, bahwa kamu berinteraksi dengan jatidiri kamu, dan kamu dapat mengambil keputusan lebih baik.
Selamat Mencoba dan Temukan Dirimu Yang Sebenarnya...
Miranda J. Butter “The Power Of Sixth Sense”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: