Pagi ini mentari entah kenapa belum menampakkan diri. Suasanya terasa begitu tenang dan damai, saat kaki ini beranjak menyusuri jalanan. Tiba-tiba di salah satu sudut jalan terlihat seorang perempuan setengah baya tengah menggendong anaknya. Ditangannya bergantung tas lusuh yang entah apa isinya.
Ibu ini tidak sengaja bertemu saya dijalan sekitar dua minggu yang lalu. Waktu itu senja sudahlah hampir tenggelam. Saat itu ibu ini bertanya kepada saya apakah saya kenal seseorang yang tengah dicarinya, tetapi sayangnya dia tidak tahu alamatnya. Dia sedang membutuhkan sesuatu. Dia bercerita tentang anak-anaknya yang saat itu hingga saat ini tengah berbaring di rumah sakit. Talasemia. Ketiga anaknya terkena talasemia. Dua orang dirumah sakit, sementara 1 orang digendongannya. Saat itu aku bertanya "penyakit apakah itu Bu Talasemia". Dia menjelaskan sederhana "kuning nak, kadar HBnya rendah, perut anak saya buncit dan kesakitan, harus dikasih darah terus". "apakah itu keturunan" tanyaku lebih lanjut. " Iya, kata dokter saya pembawa, suami saya juga pembawa".
Thalasemia adalah penyakit keturunan (genetik) dimana terjadi kelainan darah
(gangguan pembentukan sel darah merah). Sel darah merah sangat
diperlukan untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh tubuh kita. Pada
penderita talasemia karena sel darah merahnya ada kerusakan (bentuknya
tidak normal, cepat rusak, kemampuan membawa oksigennya menurun) maka
tubuh penderita talasemia akan kekurangan oksigen, menjadi pucat, lemah,
letih, sesak dan sangat membutuhkan pertolongan yaitu pemberian
transfusi darah. Bila tidak segera ditransfusi bisa berakibat fatal,
bisa meninggal (Dr.Kardansyah,MS, http://kadar100.blogspot.com/2008/06/mengenal-talasemia.html)
"Bagaimana pengobatannya bu? apakah dapat bantuan dari pemerintah?" tanyaku lebih lanjut. "Alhamdulillah ada bu, tapi masih terbatas, yayasan thalasemia Indonesia, ini kartunya teh"kata ibu itu sambil menunjukkan tiga buah kartu anak-anaknya, salah satunya Miftah, yang saat ini tengah digendongnya.
Pagi ini dia sengaja mencariku, sejak tadi jam 5 subuh katanya. Dia bertanya ke ibu penjual sayur, apakah tahu dimana saya tinggal. Dan ibu penjual sayur itu bilang, dia tidak tahu pasti, dan tidak kenal namanya, mungkin di perumahan belakang. Katanya dia pun berjalan, pas ada gerbang, melihat satpam, takut nanti ditanya-tanya. Dan akhirnya ketemu saya..
"Teteh, kemarin saya ingat katanya teteh belum punya anak, begini teh, saya mau ngasih ke teteh anak saya"...
"Hah........."kaget dan bingung aku mendengar kalimat ibu itu.
"Anak saya yang paling kecil, adeknya Miftah yang saya gendong ini, usianya 1 tahun 2 bulan teh. Saya kasian telah menelantarkan dia teh, karena saya ngurusin ketiga anak saya yang lain di rumah sakit, saya titip-titipin ke orang-orang, barangkali teteh mau menerima dan merawatnya"
"Aduh bagaimana ya Bu, saya sendiri disini bu, saya juga kerja bu, suami saya masih di luar kota, saya takut nanti terlantar juga kalau bersama saya, bagaimana ya bu, nanti coba saya cerita dulu ke suami dan orang tua kami, gimana baiknya ya bu, maafkan saya bu." jawabku sambil berpikir apa yang seharusnya aku lakukan.
"Begini saja bu, ibu tidak perlu jauh-jauh mencari saya, alamat ibu dimana, nanti biar saya yang mencari ibu"
Dan ibu itupun memberikan alamatnya..
" Saya punya anak lima, yang terakhir itu kembar teh, satunya meninggal dunia, dan satunya yang mau saya kasihkan ke teteh. Namanya adel dan dela. yang saya ingin kasih ke teteh itu namanya Dela, dia alhamdulillah sehat teh, tidak kena thalasemia, sekarang saya titi-titipin, saya takut telah menelantarkan dia teh, makan saja kami sulit, ini saya sedang mencari, barangkali ada pakaian yang bisa saya cuci, suami saya rosok (pemulung)."
"Kalau semisal bukan saya yang ngasuh tetapi orang lain, saudara saya bagaimana bu"
"tadinya saya mau ke teteh, saya percaya teteh, karena teteh baik"
"Kalau begitu, biar nanti saya bicara dulu dengan suami saya dan keluarga saya ya bu, soalnya saya disini masih sendiri, saya belum tahu jalannya" kataku tersenyum pada ibu itu.
"Terima kasih banyak teteh, teteh nanti bisa melihat rumah saya seperti apa"
Dimatanya aku melihat begitu banyak kecemasan. Seolah sedang memikirkan
banyak hal, termasuk keputusan untuk menyerahkan anaknya kepadaku. Aku percaya ibu itu memiliki hati yang jujur dan tulus. Semoga Allah melindunginya, keluarganya dan anak-anaknya. Semoga Allah memberikan jalan yang terbaik dan kesembuhan untuk anak-anaknya. Aamiin Ya Robbal'alamiin.
Ya Allah Ya Rabb, tanda apakah yang tengah Engkau tunjukkan kepadaku Ya Rabb.Sungguh Engkau Maha Penyayang. Mungkinkah saat ini Engkau tengah mengajariku untuk lebih banyak lagi menanam sebutir padi Ya Rabb, untuk bisa meraih lebih banyak kebaikan dariMU. Ya Allah Ya Rabb, semoga Engkau selalu menerangi jalan kami dengan cahaya kasih sayangMU. Semoga akan selalu ada akhir yang baik. Khusnul Khotimah untuk kami dan kelaurga kami. Aamiin Ya Robbal'alamiin.
07112013
0 komentar:
Posting Komentar