RSS

Halamannn

Cinta Adalah Masa yang Kita Jalani Saat Ini



“Jika engkau tidak bisa mencintai orang lain secara utuh, cintailah sebatas yang kau mampu. Jika engkau tidak mampu memperoleh cinta secara utuh dari orang lain, raihlah sebagian cinta orang lain untuk dirimu. Jadikan dirimu orang yang mencintai dan dicintai orang lain.”


JIka kita menunggu cinta sebagai imbalan dari kebaikan yang telah kita berikan, berarti kita menunggu seseuatu yang teramat lama. Penantian panjang kita akan berakhir dengan penyesalan, kesedihan, dan kerugian sebab kita mengharapkan cinta dari orang-orang yang tidak memiliki cinta untuk diberikan. Oleh karenanya, kita tidak akan pernah memperoleh sesuatu dari pemberian cinta kita.

Seorang pecinta mencintai seseorang atau sesuatu karena ia cinta. Ia menemukan kenikmatan dalam cinta. Ia hidup bersama cinta. Ia memaknai hidup dan kehidupannya dengan cinta. Bukan karena selubung kepentingan pragmatis atau niatan untuk meraih sesuatu dari cintanya.

Seorang pecinta percaya sepenuh hati bahwa pertumbuhan akal dan perasaan hatinya berikut langkah-langkah tulusnya untuk menyibak hakikat cintanya adalah demi kelangsungan cintanya. Ia percaya bahwa apa pun jaminan yang dimintanya adalah untuk menumbuhkan cinta di reung kalbunya, serta membucahkan rasa percaya diri yang utuh bahwa cintanya bakal eksis.

Seseorang yang memiliki rasa percaya diri utuh dan percaya dengan kemampuan dirinya sendiri niscaya bisa percaya dan yakin kepada yang lain. Akan tetapi, sebelum membangun rasa percaya kepada orang lain, orang seorang harus membangun rasa percaya dirinya terlebih dahulu. Untuk yakin kepada orang lain, harus yakin kepada diri sendiri.

Seseorang yang percaya dan yakin bahwasanya dirinya mampu meraih sesuatu yang didambakan, lalu berusaha semaksimal mungkin untuk meraih apa yang dicita-citakan, niscaya akan menemukan banyak jalan membentang untuk meraihnya. Dalam hidup ini, adakah keinginan yang lebih luhur daripada keinginan meraih cinta? Adakah obsesi yang lebih mulia selain obsesi mencintai dan dicintai sesama?

Jika kita member dengan harapan suatu saat akan menerima, jika kita berkorban dengan pamrih, semua yang kita lakukan hanya akan berbalas duka nestapa yang tak terperikan.

Jangan membangun istana diatas angin. Jangan memaknai cinta dengan jual beli. Jangan pamrih dari lakon cinta yang kita jalani. Ingatlah bahwa orang lain hanya memberi sebatas apa yang mereka mampu. Mereka memberisesuai standar mereka, bukan berdasar keinginan dan standar kita. Manakala kita mendapati balasan yang mereka berikan tidak sesuai dengan harapan kita, saat itulah kita harus membaca pelajaran pertama: bagaimana belajar cinta?

Manusia yang membuka kitab cinta akan mengetahui bahwa ayat cinta adalah sabar. Sabar dalam cinta bukan berarti diam serta menunggu. Cinta selalu bermahkota perilaku positif dan optimis. Bukan ulah negative dan pesimis. Cinta adalah langkah hidup yang jauh dari kepura-puraan, kebohongan, kemunafikan, tipu daya, dan perilaku negative lainnya.

Cinta adalah tanggung jwab, jujur, tulus, pemberian tanpa harap, pengorbanan tanpa pamrih, dan perilaku positif lainnya. Cinta adalah ketulusan hati dan pikir, kearfan sikap dan ucapan, keterbukaan dan ketulusan. Cinta laksana meja makan yang berisi makanan dan minuman lezat tanpa ada seorang pun berhasrat untuk melahap dan mereguknya.

Cinta membentangkan jalan bagi setiap insane untuk memilih dan menolak. Masing-masing bebas mengekspresikan rasa batin dan kehendak lahirnya. Cinta adalah hari raya dan saat bahagia selama-lamanya. Ia membuncahkan rasa suka cita, taw aria, dan bahagia. Cinta menempati ruang dan waktu. Di mana pun para pegiat cinta berada, disanalah negeri cinta berada.

Dengan demikian, jelas sekali cinta adalah masa yang kita jalani saat ini, detik ini. Bukan masa lalu atau masa yang akan datang. Cinta adalah waktu ini dan sekarang ini! Adalah aneh manakala kita mendapati kenyataan bahwa kebanyakan orang hidup terpasung dengan masa lalu mereka. Adalah aneh mereka yang terlalu sibuk memikirkan masa depannya.

Dalam hidup ini, betapa banyak manusia yang terantai masa lalu. Mereka jamak beruar, “ masa lalu yang indah” karena mereka kehilangan masa lalu yang mereka anggap indah. Manusia-manusia seperti itu selalu mencampuradukkan realitas masa lalu dan masa kini. Tubuh mereka tertatih-tatih meniti hari, sedangkan pikiran dan jiwa mereka tertinggal di lorong waktu tempo dulu.

Mereka yang menuhankan masa lalu adalah manusia yang hidup dengan ego dan nafsunya. Mereka yang terpasung masa lalu ialah manusia yang terkubur logika jernih dan hati beningnya. Masa lalu adalah kematian. Manusia yang menoleh ke masa lalu sejatinya adalah manusia mati. Tak ubahnya seperti mayat yang menyisakan badan wadag (kasat mata).

Masa lalu adalah realitas di luar konteks kenyataan masa kini. Kita hidup pada waktu dan kenyataan masa kini. Masa lalu adalah bagian dari hidup yang telah berlalu dan tidak akan pernah kembali. mereka yang membuang energy untuk membanggakan, mengagungkan masa lalu, adalah manusia yang berada di titik nol. Beku hati, tumpul pikir, tubuh tanpa ruh. Itulah yang disebut kematian. Bukankah menoleh ke belakang sama halnya hidup dua kali?

Dalam hidup ini, jamak kita temukan manusia yang hanya focus kepada masa depan. Pikiran yang ada dibenak mereka adalah bagaimana bekerja dan berbuat demi menghasilkan kekayaan materi sebanyak-banyaknya. Manusia-manusia yang menuhankan masa depan tersebut sejatinya adalah mnusia-manusia yang menggali kubur mereka secara perlahan.

Mereka hanya yakin memikirkan masa depan itulah manusia-manusia yang kehilangan kesejatian hidup ini. Mereka yang terasung dan menuhankan masa lalu adalah manusia-manusia terkubur zaman dan laik disebut mayat-mayat hidup. Mereka yang terjerat dan tergila-gila masa depan adalah manusia yang terlindaas hakikat kehidupan dan kehilangan arti hidup.

Sungguh, ada nilai-nilai luhur yang lahir dari masa lalu. Sungguh hipokrit manusia menafikkan masa lalu. Akan tetapi, kita harus memorsikan sebagai referensi hidup, untuk energy mewujudkan kehidupan yang lebih bermakna dan lebih berarti di masa kini dam masa yang akan datang. Masa lalu adalah cermin yang mewajahkan kehidupan kita pada masa kini.

Sungguh, ada nilai-nilai positif dan luhur pada masa depan yang terwadahi impian dan cita-cita. Akan tetapi, cita-cita yang kita gantungkan dilangit harus kita bumikan dalam kehidupan nyata. Kita hidup dibumi, bukan di langit. Membumikan cita-cita dan impian adalah sebuah kemestian yang harus kita jalani jika kita benar-benar mersa sebagai mahluk bumi.

Maka, saat ini adan sekarang inilah hidup dan kehidupan kita. Waktu ini dan saat inilah cinta kita. Harga kemanusiaan kita ditentukan pada waktu ini. Bukan masa lalu atau masa yang akan datang. Jika kita ingin hidup bersama cinta, saat inilah kita tumbuhkan cinta. Detik inilah kita hadirkan cinta. Cinta adalah realitas kehidupan ini. Bukan kenangan masa lalu maupun impian masa yang akan datang. Cinta adalah ini dan detik ini!

Mereka yang berusaha mendalami hakikat cinta akan memakrifati bahwa cinta adalah segala-galanya. Cinta bersifat universal, bukan parsial. Cinta tidak diperjualbelikan maupun dipatok harga. Cinta tidak diukur dengan suatu apa pun, serta tidak distandarkan dengan apa pun. Cinta adalah cinta.

Cinta diekspresikan dengan kata-kata dan ucapan tanpa tekanan dan pasungan apa pun. Cinta tidak mungkin dibingkai, diikat, dan dilabeli sesuatu. Cinta tidak bisa dibelenggu oleh apa pun. Cinta ada dalam diri manusia, bukan di luar diri manusia. Cinta adalah satu terbagi-bagi. Cinta adalah rasa percaya diri, yakin, dan penerimaan tanpa jamina.

Mahkota cinta adalah saling percaya, saling menghormati, saling menghargai, saling mnerima keadaan. Ayat cinta teragung adalah sabar. Cinta adalah perbuatan yang bersendikan nilai-nilai positif, jauh dari ulah negative. Cinta adalah ungkapan kebahagian, keindahan, kebaikan dan kenyataan. Meski, kadang butuh bulir-bulir air mata dan kesedihan untuk bumbu kehidupan cinta.

Hiduplah dengan jiwa dan logika untuk sekarang ini. Masa lalu tak akan kembali. masa yang akan datang adalah mimpi. Cinta adalah hari ini, saat ini, detik ini. Cinta adalah masa yang kita jalani sekarang ini. Cinta bukan rasa takut dan pasungan kebodohan masa lalu. Cinta bukan khayal utopis dan impian tak membumi masa yang akan datang. Cinta adalah saat ini. Ya…cinta adalah sekarang ini dan detik ini.

Ibrahim Hafie

“Kalam fi Al Hub wa Ash Shabar”

Understanding LOVE: Risalah cinta dari Recik-Recik Kehidupan Penuh Cinta

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Happy Birthday To My Green Campus


Tiga tahun yang lalu aku sempat ragu menginjakkan kakiku disini. Aku tak yakin apakah aku bisa menjalani fase hidupku berikutnya disini. Aku tak yakin apakah aku disini akan bisa menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Namun, seorang yang bijak meyakinkanku untuk terus berpijak disini “Vie, tidak ada yang salah dengannya, jalani semuanya dengan keyakinan hatimu, Insya Allah Gusti Allah ngijabahi”.

Aku pun mulai belajar berpijak dan melangkah disini. Satu tahun pertama, semua itu terasa menyulitkanku. Kadang aku merasa begitu rapuh, patah, dan ragu untuk melanjutkan langkahku. Bahkan aku ingin sekali berpaling dari sini. Namun, satu tahun berlalu, aku temukan disini adalah tempat yang begitu indah. Aku menemukan begitu banyak sahabat, begitu banyak sayang, dan begitu banyak cinta. Setiap pagiku selalu ada alasan untukku tersenyum dan melanjutkan langkahku. Aku mulai yakin pada jalan yang kulalui. Disini aku mulai mengerti betapa berharganya hidupku. Aku semakin mengenal diriku sendiri. Diriku yang selama ini tak pernah kupedulikan. Aku bersyukur pada Allah yang telah memberiku kesempatan menjalani hidupku disini. Aku sadar bahwa apapun yang terjadi disini, semua itu adalah anugerah terindah dariNYA.

Terima kasih my lovely green campus “Sebelas Maret University” . Awal ku berpijak disini aku selalu yakin bisa menjadikanmu tempat terindah untukku membuat milestone dalam perjalanan hidupku dan dari sinilah aku ingin melangkah ke tempat–tempat lain yang seindah disini. Semoga tahun ini aku bisa meninggalkan batu penanda untuk orang-orang yang akan juga berpijak disini.

HAPPY BIRTHDAY. BE WORLD UNIVERSITY.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (1)

Malam....


Dan malam akan tetap menjadi malam dengan segala keheningan lelapnya. Meski segalanya nampak begitu sunyi dan sepi, tapi dapat melihat dan merasakan betapa Agungnya Allah hadirkan malam ini untukku. Betapa indahnya malam yang Dia ciptakan.

Da aku adalah orang yang sangat berbangga dengan semua ini. Aku bangga bisa ada disini menikmati terangnya purnama dan gemerlapnya bintang-bintang disekelilingnya.

Dan, inilah keindahanNYA yang sangatlah patut untuk kita syukuri.
Terima kasih Ya Allah. Semoga aku bisa selalu menjadi bagian dari keindahan ini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Kekuatan Cinta 2: Milestone




Ada sebuah desa yang tak terpetakan. Di ujung desa itu, dekat hutan tinggal seorang lelaki lanjut usia. Orang-orang desa mengenalnya sebagai sosok orang tua yang bijak. Pondoknya selalu dikunjungi orang yang membutuhkan bantuan, makanan, minuman, obat-obatan dan juga nasihat.
Seperti itulah keadaannya dari hari ke hari. Pondok tenang nan asri itu memancarkan auranya pada kehidupan desa. Hingga suatu hari ketenangan itu terusik. Teriakan lantang memecah keheningan alam.

“Ajarkan aku tentang kehidupan?

O, rupanya ada anak muda berkunjung ke pondok Pak Tua itu. Si pemuda berteriak-teriak.

“Aku adalah pengelana yang telah berjalan jauh dari ujung ke ujung buana. Telah ribuan tempat ku jelajahi dan telah ribuan jengkal ku susuri. Namun, aku tetap tak puas. Ajarkan aku tentang kehidupan.

“Begitu teriak si anak muda.

Terdengar sahutan dari dalam.

“Jika kau memintaku mengajari tentang kehidupan, maka akan kuajari engkau tentang perjalanan.”

Pak Tua keluar dengan tongkat di tangan. Ia hampiri anak muda itu dan mengajaknya berjalan beriringan. Lama mereka berjalan melintas hutan. Namun, Pak Tua belum juga mengucapkan sepatah kata. Tak ada ujaran keluar dari mulutnya.
Pak Tua itu hanya mengajak berjalan. Setiap menemui pohon besar ia menunduk, menarik nafas panjang, lalu menorehkan tanda silang dibatangnya. Begitulah yang dilakukan Pak Tua setiap menemukan pohon besar.
Matahri telah tergelincir ke Barat. Perjalanan itu tak jelas kapan akan berhenti. Si Pemuda resah. Ia tak mengerti apa maksud semua perbuatan bodoh ini. Sampai akhirnya mereka menjumpai telaga dan beristirahat di sana.

“Wahai orang tua, ajarkan aku tentang kehidupan!” Sekali lagi pemuda itu melontarkan permintaannya.

Pak Tua menatap sebentar lalu membasuh mukanya dengan air telaga.

“Anak muda, kehidupan itu layaknya sebuah perjalanan. Kenyataan akan mempertemukan kita dengan harapan dan keinginan. Kehidupan akan selalu berjalan, berputar, hingga mungkin kita akan tak paham mana ujung dan pangkal.” Kata Pak Tua memulai nasihatnya.

“namun belajar tentang kehidupan adalah juga belajar menciptakan tanda-tanda pemberhentian. Belajar untuk membuat halte-halte dalam hidup kita.

Berhententilah sejenak. Renungkanlah perjalanan yang telah kau lalui. Siapkan persimpangan-persimpangan dalam hidupmu agar dapat membuatmu kembali menemukan arah perjalan.” Tambah Pak Tua Panjang.

“Pohon-pohon tadi adalah prasasti sebagai penanda buatmu dalam berjalan. Mereka akan jadi pengingat betapa lelah kaki-kai ini telah melangkah. Mereka semua akan menjadi menjadi pengingat tentang jalan-jalan yang telah kita lalui. Pohon-pohon itu menjadi kawan karib dalam mengenang yang telah lalu. Biarkan mereka menjadi penolongmu saat kau kehilangan arah.”
Pak Tua berhenti sejenak. Ditatapnya lembut pemuda itu.

“Anak muda, cobalah berhenti beberapa saat. Atur nafasmu, tarik lebih dalam, pandang jauh ke belakang, ke arah ujung-ujung sejak yang kau lalui. Biarkan semuanya beristirahat. Sebab, sebab sekali lagi, belajar tentang kehidupan adalah juga belajar tentang menciptakan pemberhentian.

Teman, hidup memang layaknya sebuah milestone, batu penanda, penjejak, atau prasasti bagi perjalanan panjang. Benda itu akan menjadi tumpuan saat kita kehilangan arah. Dan juga petunjuk saat kita membutuhkan pegangan.
Benda itu adalah juga jeda, sela, sebuah koma dalam kalimat. Layaknya sebuah jeda, ia pun berarti waktu yang memberi kesempatan untuk merenung.
Adakah mileston dalam hidup kita? Adakah jeda, sela, dan koma yang luput kita hadirkan dalam hidup ini? Apakah hidup kita seluruhnya aktivitas berjalan tiada pernah berhenti?
Cobalah, berhenti sejenak. Beristirahatlah. Tariklah nafas, tenangkan pikiran. Biarkan semuanya menjadi lebih nyaman. Lalu, ciptakan itu sebagai milestone di perjalanan hidup kita. Menjadi petunjuk jejak-jejak kaki “amal” kita.
Cobalah , temukan milestone di riwayat perjalanan hidupmu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Kau Membuatku Mengerti Hidup Ini....


aku mengenal dikau

tak cukup lama separuh usia ku

namun begitu banyak..pelajaran

yang aku terima


kau membuatku mengerti hidup ini

kita terlahir bagai selembar kertas putih

tinggal kulukis dengan tinta pesan damai

kan terwujud harmony


segala kebaikan..

takkan terhapus oleh kepahitan

kulapangkan resah jiwa..

karna kupercaya..

kan berujung indah


kau membuatku mengerti hidup ini

kita terlahir bagai selembar kertas putih

tinggal kulukis dengan tinta pesan damai

kan terwujud harmony

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (1)

Aku dan Bangsaku



Asap kebakaran hutan mengepul pekat dipenjuru tanah perseda Indonesia, hitam bergulung-gulung menghiasi angkasa, gelap gulita menutupi sinar matahari. Nafas-nafas pendamba kebebasanpun menghirup udara pagi yang menyasakkan dada.
Tanah-tanah penopang kehidupan terkoyak di sodok-sodok kebencian sang alam. Itu sebab bumi gemar batuk dan menggeliat. Air hujan tumpah kemuka buana tumpah dengan dahsyat menyapu ketenangan makhluk-makhluk yang sedang berjoged ria.
Inilah kenyataan yang ada dibumi persada yang kian digoyang-goyang oleh gelombang keterpurukan. Hingga anak manusia tidak mampu lagi menyanyikan lagu keceriaan. Mereka lebih sering disengat-sengat bisa-bisa kesengsaraan, dibelenggu rantai-rantai pertengkaran, dan dikejar-kejar rasa takut yang semakin akut.
Burung- buurung pagi enggan menghiasi suasana ceria, wajah muramlah yang semakin. Para petani merintih memohon hasil kerja kerasnya diperhatikan, juga kemalangan anak jalanan yang menyerukan keadilan. Barang-barang kebutuhan harganya meninggi. Sedangkan mereka yang bertopeng nama rakyat sibuk mendendangkan suara perut dan alunan yang mereka lantunkan selalu mengusik kedamaian.
“Bapak-bapak yang di atas sana, ingatlah penderitaan kami! Kami nyaris tak dapat meneteskan air mata lagi”, seru rakyat kecil.
“Lebih baik kita mendirikan Negara sendiri dari pada hidup bertumpuk hutang terus,” sebagian orang terdidik mencari dukungan.
Pilu, benar – benar memilukan. Tanpak juga di daerah – daerah tempat rakyat transmigrasi telah dibanjiri darah. Para pengungsi berupaya membungkan suara perut mereka yang keroncongan, karena demi menyelamatkan diri dari luka bentrok antar saudara. Ya, bunuh membunuh antar sesama ibarat nyawa seharga buah tomat yang semakin anjlok harganya. Masalah sepele masalah nyawa.
“ Dimanakah matahari kedamaian dan udara persarudaraan bersinar dan mengalir?” suara hati sang fakir betanya kepada kegelapan.
“Panah – panah keadilan dan persatuan harus terus dilepaskan dari busurnya, “Pendapatan yang disuarakan oleh kaum terdidik.
“Oh Tuhan berilah ketabahan di hati kami untuk menghadapi cobaan ini. Jangan sia – siakan doa kamiyang mengharapkan derita bangsa segera terobati”. Ratapan doa para ulama dan tokoh agama bersama kaum dlu’afa’/ menggema di setiap alun – alun kota.
Sedih, sungguh menyedihkan nasib bangsa ini. Bangsa yang berharta karun, namun dibelenggu kemiskinan. Bangsa yang merdeka, namun tertindas . bangsa yang berdaulat, namun dicabik – cabik perpecahan. Nama apakah yang pantas di pakai untuk memanggil bangsa yang muram ini? Mungkin anak – anak gelandangan lebih sering menyebut bangsa Indonesia “ Aduh, negaraku dah !”
Si bocah jalanan menjerit – jerit karena tidak bisa melihat indahnya suasana. Akankah ia sanggup mempertahankan hidupnya? Janganlah ia diberi makan berkumul derita dan payung kecemasan! Matanya Yang gelap menelanjangi suasana karena tertutup awan kebobrokan para petinggi. Moral para petinggi yang dibalut dengan sapu tangan kemapanan atau serpihan kafan kepentingan pribadi, tidak semuanya, tapi melaut.
Di bawah Mahkota Kegelapan berjejer – jejer corong corong keangkaramurkaan menyemburkan bisikan – bisikan tipu daya. Para pahlawan tanpa jasa meronta – ronta di atas tangga ketidakberdayaan dan menyeru,”tolong perhatikan nasib kami!”
Di balik kertas buah pena kemandulan berita rakyat melengkapi kepicikan para pejabat. Para penulisnya mengupas kulit tipis yang memballut borok birokrasi.
Keranda mayat diusung ribuan rakyat. Ya, sekuntum tragedi jatuh bangunnya suatu bangsa.
“Tuhan berilah kami secercah cahaya kedamaian bagi rakyat Indonesia yang nyaris tidak dapat berjalan dipatuk ular – ular berbisa dan dicakar – cakar burung – burung pemakan bangkai. Hamba mengadu kepadamu,”seorang bijak berdoa.
“Dimana langkah perbaikan untuk tuk manapak masa depan bersumbunyi?” hati sang pesimis bergumam.
Sesosok manusia yang memakai mahkota kegelapan tersenyum sinis kepada tukang batu yang sedang membangun sebuah kuil suci untuk menampung harapan-harapan yang tercecer di muka buana. Sinis, mengapa dia sinis?
Seorang kakek berkata pada cucu-cucunya, “Tak ada perubahan yang mengalirkan mata air dewa, kecuali bantai saja manusia-manusia yang gemar menyimpulkan senyum sinis kepada para pekerja keras.”
Di dalam hati si miskin menjerit, “Sampai kapankah kabut pekat ini menyelimuti bumi pertiwi? Oh, tangan-tangan kolot yang dihiasi emas dan perak, ingatlah kejujuran dunia, akan segera menghancurkan kalian!”
Di lorong-lorong sepanjang perkotaan banyak orang yang berkata, “Keadaan sudah tidak memiliki keputusan. Cerita apalagi yang akn digoreskan dalam lembaran sejarah umat manusia di alam Indonesia ini?”
Benar sekali. Sungguh banyak rakyat yang menjerit-jerit, meronta-ronta, tertatih-tatih, ternanti-nanti dan jatuh dalam tangis tanpa air mata. Semua, ya segalanya telah memercikkan kepiluan, kesedihan, penderitaan, kegundahan, kemiskinan, kedengkian, tipu daya, kekacauan, banjir darah, makian dan pesona kotor yang serupa dengan sihir. Sedikit yang tidak.
Tragedi demi insiden yang mengharu lesu, bukan batu karang yang tiada brgeming dihantam gelombang, tapi sampah-sampah yang beterbangan tak berarah disaput badai telah mengukir catatan panjang alam Indonesia.
Aku, sang pengemban cinta kasih sesame. Manusia kecil di alam keterasingan, sang fakir bergaun kebodohan. Salah satu dari mereka yang meratapi penderitaan nasib bangsa. Ya, akulah sang penyair kesiangan yang memandangi peristiwa kelabu dengan luka hati yang memerah dan bernanah.
Kalau dalam hati, “Selaput dara sang penguasa telah terbobol oleh campur tangan oleh orang asing. Kemeja putih wakil-wakilku telah ternodai oleh kotoran kepentingan yang bernuansa kebijaksanaan pribadi. Sapu tangan ketidakpastian menyeka katerpurukan.”
“Apa-apaan ini? Sungai-sungai mengalirkan air mata dan darah merah, kebun-kebun ditanami benih-benih perpecahan, hutan-hutan dibakar api keserakahan, rawa-rawa dihiasi bakau-bakau kebohongan, pabrik-pabrik memproduksi tipu daya, sekolah-sekolah mengajarkan pemberontakan, toko-toko menjual kehormatan, pasar-pasar menjajakan keluh kesah, pesantren-pesantren mengumpulkan pengangguran, tempat-tempat ibadah mendakwahkan kesabaran tanpa usaha, alun-alun menyuarakan kekerasan, dan aku memasung diri dalam kesepian.”
“Aku hanya bisa mendengar, menyaksikan, dan meratapi. Tidak lebih. Atau sulit dimengerti.”
Mahkota kegelapan. Mungkin itulah perhiasan termahal yang dimiliki negara Indonesia. Mahal tak berujung dan membabi buta. Buta mata, buta hati. Indonesia yang bertubuh besar, tapi kecil hatinya. Bangsa yang berkafan makmur, tapi miskin rakyatnya. Ya, kemiskinan yang bertubi-tubi siap menerjang manusia-manusianya.
Mereka, sahabat-sahabatku yang berteduh dipanti asuhan dan panti jompo, merengek kekurangan. Dan mereka saudara-saudaraku yang ada di bawah kolong jembatan dan di rumah-rumah kesengsaraan membisu lesu, dan masih banyak lagi dan melimpah ruah.
Taman-taman yang dulunya indah, kini berlapis seram, kuil-kuil yang dulunya suci, kini penuh dengan noda, lading-ladang yang dulunya subur, kini gersang dan tandus. Lautan kasih sayang pun rasanya ikut-ikutan mongering dan sungai cinta sesame kerontang. Tidak ada kemarau, tapi banyak oarng kehausan. Panen melimpah tapi banyak orang kelaparan. Sampai binatang-binatang jalang mengobral janji dan bercakar kepicikan? Tanyakan saja kepada nenek moyang yang mewariskan penderitaan!
Terdengar juga dibalik rintihan ranting-ranting dedaunan, di permukaan ilalang, di lorong-lorong perkotaan, di puncak pengunungan, di ujung pedesaan, di lereng-lereng jurang, di manapun saja; banyak tangisan, ratapan, jeritan yang membisingkan telinga, tetapi tidak dihiraukan.
Hati-hati yang pedih bersuara, “Lelambaian daun-daun yang menguning kian mengganggu pandangan, rumput-rumput mengering tanpa siraman, matahari enggan tersenyum, rembulan beraut muram, bintang-bintang memicingkan kerlipan, air-air terasa asin, madu sudah tidak manis lagi, onak-onak semakin tajam, tak ada mutiara,permata dan intan yang menyinarkan kilau cahaya menjadi gelap, suram dan seramlah yang ada. Anak-anak telanjang dan kelaparan. Yang atas perak menjadi emas dan bawah perunggu menjadi tembaga. Tidak merata. Semua berlawanan. Akar-akar iman tercerabut, dan pohon-pohon kebersamaan tumpang. Kebesaran, kemuliaan, kedaulatan, kesatuan dan cita-cita suatu bangsa di cabik-cabik dan di robek-robek oleh nafsu. Perahu bangsa berlayar di atas lautan api, diselimuti kabut pekat, diiringi gelombang dasyat, diterpa badai taufan, dan dibayang-bayangi mendung kelam. Oh tuhan, ampuhanilah dosa-dosa hambamu yang terdahulu dan yang sedang menyengsarakan kami!”
Aku yang membisu di antara kegulitaan goa dan rintihan hati yang melara, mereka yang meronta-ronta di antara tebing-tebing kasar dan panas terik mentari, dan kita yang terkapar tiada daya di antara duri-duri dan bara api, telah terhimpit sakit yang tiada obatnya.
Aku terusik olehnya, mereka tergoda karenanya dan kita terpedaya dibuatnya. Malu bercampur marah, sedih bercampur dendam, dan derita bercampur makian. Sampai kapan mahkota kegelapan mengkerangkeng bumi persada ini, jika bom-bom kedengkian diledakkan, tombak-tombak keangkaramurkaan dilemparkan, dan lilin-lilin adu domba disulutkan? Hancur, terluka dan luluhlah yang akan menghiasi dan mengiringi kelesuan sebuah bangsa.
“Bebas, semoga Indonesia bebas lepas dari sengatan bisa beracun, gempa bertubi-tubi, hantaman badai, gulungan gelombang, dan cambukan kilat halilintar keterpurukan,” doa yang terperosok di hati yang tawakal.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Selamat Pagiii....


Kurasakan hangat indahnya sang mentari
membangunkanku dari tidur yang lelap ini
Sinarmu yang terang mulai memasuki mata
dan mengusirku dari alam mimpi

Dan kini kubergegas tuk segera siapkan diriku
tuk mulai menjalani hari ini
Tak sabar ku temui seluruh sahabat yang tersenyum
menyambut datangnya pagi ini
Dan kukatakan..
Selamat pagi!!
Embun membasahi dunia dan mulai mengawali hari ini
Dan kukatakan:Kicau burung bernyanyi dan kini ku siap tuk jalani hari ini.
Kini bergegaslah sipakan dirimu untuk memulai menjalani hari ini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Tunjukkan Cintamu



Download Youtube Video Clip Ran ft. Shila - Tunjukkan Cintamu
Busby Seo Test


Kuingin menunjukkan cintaku

Oh kepada belahan jiwaku

Tlah lama kumenanti waktu

Untuk mengungkapkan isi hatiku


Jangan kau berdiam dan menunggu

Cinta yang datang menghampirimu

Jika kau hanya berdiam diri

Hanya rasa sesal yang kau rasakan nanti


Tunjukkanlah rasa cintamu

Coba buat mereka tahu

Betapa indahnya dunia bila engkau sedang jatuh cinta


Berlarilah sekuat kau mampu

Hingga kau mendapatkan cintaku

Buktikan bila kau memang mau

Buat ku berikan cinta ini kepadamu


Disaat matahari bersinar

Burung - burung pun mulai berkicau

Cintaku kan selalu membentang

Untuk kau arungi bersamaku


Tunjukkanlah rasa cintamu

coba buat mereka tahu

Betapa indahnya dunia bila engkau sedang jatuh cinta



Koleksi Ran yang lain.
Mp3 Download & Lirik Lagu Ran ft. Shila - Tunjukkan Cintamu
Busby Seo Test

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Beda Antara Suka, Cinta dan Sayang








Dihadapan orang yang kau cintai,
musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah

Dihadapan orang yang kau sukai,
musim dingin tetap saja musim dingin hanya
suasananya lebih indah sedikit

Dihadapan orang yang kau cintai,
jantungmu tiba tiba berdebar lebih cepat

Dihadapan orang yang kau sukai,
kau hanya merasa senang dan gembira saja

Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau cintai, matamu berkaca-kaca

Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau sukai, engkau hanya tersenyum saja

Dihadapan orang yang kau cintai,
kata kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam

Dihadapan orang yang kau sukai,
kata kata hanya keluar dari pikiran saja

Jika orang yang kau cintai menangis,
engkaupun akan ikut menangis di sisinya

Jika orang yang kau sukai menangis,
engkau hanya menghibur saja

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan
rasa suka dimulai dari telinga
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,
cukup dengan menutup telinga.

Tapi apabila kau mencoba men utup matamu dari
orang yang kau cintai, cinta itu berubah menjadi
tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam
jarak waktu yang cukup lama.

"Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta... ada
perasaan yang lebih mendalam.
Yaitu rasa sayang.... rasa yang ti dak hilang
secepat rasa cinta. Rasa yang tidak mudah berubah.

Perasaan yang dapat membuat mu berkorban untuk orang yang kamu
sayangi.
Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi.

Cinta ingin memiliki. Tetapi Sayang hanya ingin
melihat orang yan g disayanginya bahagia..
walaupun harus kehilangan."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Lelahku...










Ku coba ‘tuk tetap berpijak
Dibumi yang tak bertepi
Tak kan menangis disini
Tempatku mungkin kan terganti
Namun mimpiku kan tetap menanti

Ku kan pergi jauh
Bawa cintaku
Tanpa hadirmu disisiku
Kuberharap bintang
Datang temani langkahku

Mungkin tak akan ada lagi
Bayangmu dalam hatiku
Yang kan temani hidupku
Namun kau slalu hiasi mimpiku
Walau aku tak menanti disini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Dengarkan dan Kau Kan Temukan Dirimu Yang Sebenarnya...



Kita mungkin pernah atau bahkan sering bertanya pada diri sendiri, mau apa dalam hidup ini? Atau hidup ini akan diapakan? Sering kita mengejar sesuatu yang menurut kita merupakan sesuatu yang kita inginkan. Tetapi ketika semua yang diinginkan itu tercapai, kita merasa hambar dan hampa. Rasanya semua itu tidak ada artinya. Kita hanya menuruti keinginan, bukan kebutuhan. Kita semua mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental, tentang tujuan hidup dan tempat kita di dunia. Masalah muncul ketika kita focus kepada pertanyaan-pertanyaan yang salah dan mencari jawaban di luar diri kita. Sering kita tidak mengetahui, apa yang benar-benar kita tidak tahu, siapa diri kita yang sebenarnya. Menurut para ahli, kita dapat menemukan diri autentik kita, atau diri kita yang sebenarnya hanya dengan cara mendengarkan.
Dengarkan Suaramu…
Kita sering mengatakan hal-hal yang menyakitka kepada diri kita sendiri, yang tak akan kita katakana kepada orang lain. Atau yang tidak akan kita dengar dikatakan orang lain kepada kita.
Jika kamu menemukan diri kamu menemukan hal ini, tanyakan pada dirimu, “Berapa banyak dialog ini yang bersal dari orangutan saya, pendidikan saya, kebudayaan dan pengalaman saya? Saya hidup menurut nilai-nilai siapa? Pengaruh-prngaruh apa saja yang bersama-sama membentuk pkitangan saya pada diri sendiri? Apa bakat-bakat pada keterbatasan-keterbatasan saya yang sebenarnya”
Menuliskan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan merupakan cara yang baik untuk membantu kamu menemukan jawaban-jawaban. Jangan berkecil hati jika apa yang kamu tulis tampak dangkal atau hambar pada awalnya. Tulis terus sampai teradi sesuatu. Garisbawahi kalimat-kalimat yang memuaskanmu. Denan melakukan hal ini, kamu akan mulai mendapatkan gambaran tentang kehidupan seprti apa yang kita inginkan. Lalu kita dapat mulai menjelajahi bagaimana caranya menciptakan kehidupan seperti itu.
Dengarkan Apa Yang Dikatakan Tubuh Kita Tentang Kita
Jalan mnuju autentisitas dimulai dari tubuh kita. Kita sering mengajukan tuntutan-tuntutan yang tidak realistis tentang bagaimana seharusnya tubuh kita. Kita sering mengatur tubuh kita secara berlebihan, misalnya mengendalikan berat badan dengan diet ketat, mengenakan baju dan kosmetik yang tidak sesuai. Kita sering mencapai kesempurnaan dengan cara mengikuti pkitangan-pkitangan orang lain. Jika di saat kita belum menemukan penerimaan diri, hal itu dapat menyebabkan frustasi dan kehilangan identitas. Kenali kemampuan alamiah kita dan aktivitas-aktivitas yang dibuat untuk tubuh kita.
Dengarkan Suara Keheningan
Seorang Profesor berkunjung pada seorang master Zen dengan pikiran penuh pertanyaan. Master Zen menuangkan teh sementara professor tersebut bicara tak putus-putusnya. Ketika cangkir itu penuh, master Zen tetap saja menuang terus sehingga the tumpah ke meja. “Cangkir ini”, katanya kepada professor itu, “Seperti pikiran kita. Tidak ada tempat untuk sesuatu yang baru”
Cerita ini mengambarkan, kita tidak boleh memaksa menjejalkan setiap saat dengan aktivitas-aktivitas dan stimuli eksternal. Kita sering sengaja menyibukkan diri untuk menghindari rasa tidak senang pada diri sendiri yang muncul ketika kita sedang sendiri dan bosan. Begitu juga halnya, kita tidak boleh menghilangkan kesedihan-kesedihan karena merasa kosong dengan menjejali perut kita dengan makanan. Duduklah dengan rasa sakit itu. Tinggallah di dalam kekosongan itu. Rasa sakit dan kekosongan itu akan membentuk dirinya sendiri jika kita tidak mengisinya. Tenangkan pikiran kita dan dengarkan suara kita yang paling dalam dan paling benar.
Jika sudah terlalu lama mendengarkan dan menurutkan kata-kata berisik yang ada diluar diri kita, cobalah sekarang memperhatikan suara keheningan. Suara yang paling hakiki akan terdengar di saat paling hening. Disana akan muncul suara-suara nurani, yang akan membawa kebahagiaan untuk kita.
Enam Pertanyaan Hakiki pada Diri Sendiri
Jika kamu menginginkan kejernihan dan focus pada hidup kita. Luangkan waktu untuk memikirkan enam pertanyaan berikut ini. Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tampak sederhana, tetapi langsung menyentuh jiwa kita, eksistensi kita. Mungkin perlu waktu serta keberanian untuk menjawabnya. Kita tak perlu terburu-buru dan menekan diri kita. Visi kita akan muncul saat siap menerimanya, dan kita akan berada di jalan kehidupan yang benar-benar kita inginkan.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba terburu-buru, enam pertanyaan hakiki ini merupakan tema yang bagus untuk berkontemplasi. Kita memerlukan sebuah break dalam hidup, agar rutinitas tidak merampas eksistensi diri kita. Enam pertanyaan hakiki tersebut member kita kesempatan merenungkan ulang tentang keberadaan diri autentik masing-masing.
(1)
Siapa Saya?
Inilah pertanyaan pokok mengenai diriautentik. Pertanyaan ini tak cukup dijawab hanya dengan menyebutkan nama dan seperangkat atribut individual yang bersifat permukaan belaka. Jawaban seati atas pertanyaan ini mengacu pada diri kita yang sebenarnya, seperangkat kepribadian unik dan jati diri kita.
Setiap orang lahir dengan seperangkat bakat dan temperamen yang unik. Tetapi, dalam perjalanannya mungkin ditekan harapan-harapan keluarga, teman-teman dan masyarakat. Terlalu lama kehidupan kita mendapat represi dari segala jurusan. Terlalu lama kita hidup dengan menurutkan keinginan orang. Sebagian dari kecemasan kita muncul dari kehendak yang memaksakan diri untuk menyesuaikan diri kita dengan pendapat orang.
Menjawab pertanyaan ini ibarat bersentuhan dengan kepribadian inti kita, dan dapat membantu kita menemukan kembali apa yang menurut kita paling berharga dalam hidup ini.
Temuan kekuranganmu. Cobalah mengingat kembali kepribadianmu ketika masih anak-anak.
Apakah kamu termasuk anak pemalu?
Apakah kamu bertindak secara metodis atau justru suka berpetualang dan berimprovisasi?
Apakah kamu sering bertengkar atau memiliki jiwa kompetesi?
Apakah perasaan kamu sensitive, gampang tersinggung, mudah terluka?
Kamu lebih suka mengisi waktu luang kamu dengan kegiatan sperti apa? bermain diluar, menyatu dengan alam, atau membaca buku?
Temukan bakat-bakatmu. Sejauh yang kamu ingat dri masa kecil, hal-hal apa saja yang dapat kamu lakukan dengan baik? Bidang-bidang apa yang menarik minat kamu dan kamu tekuni? Apakah membuat atau memperbaiki sesuatu, menggambar, menulis, ikut atlentik, menyanyi, menari, bermain bola, mengerjakan tugas-tugas ilmiah?
Cobalah mengingat, apa cita-cita kamu sewaktu masih kanak-kanak?
Bandingkan dirimu yang dulu dengan dirimu yang sekarang. Bakat-bakat atau kecenderungan-kecenderungan apa yang didorong atau dihilangkan orang tuamu dan orang-orang lainnya?
Apakah perjuanganmu meraih cita-cita mendapat hambatan serius dari lingkungan?
Bagaimana pesan-pesan ini mempengaruhimu sekarang?
(2)
Mengapa Saya Disini?
Banyak diantara kita yang mengalami amnesia untuk menjawab pertanyaan ini. Dunia modern yang serba sibuk membuat kita lupa, saat ini berda dimana. Pertanyaan terpenting-mengapa ada disini?-adalah sesuatu yang lebih tidak kita sadari jawabannya. Kebanyakan diantara kita hidup dengan cara mengalir, tanpa cukup sadar mengapa kita mau mengikuti arus.
Padahal, keberdaan kita disini saat ini, mungkin saja menyimpang dari tuuan kita yang sebenarnya dalam hidup ini.
Dalam dunia modern yang super sibuk, banyak tindakan diarahkan pada tujuan mencapai kepuasaan dnegan mengejar benda-benda material. Sebagai dorongan primer, keinginan-keinginan ini menimbulkan rasa iri, idaman yang tak bisa dipuaskan, dan kekecewaan yang kronik. Maksimisasi perolehan benda-benda material justru membuat hidup kita tak mungkin terpuaskan. Baru saja kamu mendapatkan apa yang kamu pikir kamu inginkan. Setelah semua itu tercapai, kamu akan bertanya lagi pada diri sendiri, “apa yang saya inginkan lagi sekarang?” kemudian kamu terjebak lagi dalam irama kehidupan rutinitas, dalam jadwal yang ketat, untuk mewujudkan keinginan-keinginan baru itu.
Untuk menjawab pertanyaan kedua ini, lebih baik kamu berkonsentrasi pada arti. Carilah hakikat dari keberadaan benda material. Bedakan keinginan dan kebutuhan. Cobalah menemukan sesuatu di dalam dirimu, yang membuatmu benar-benar merasa bahagia. Maka kamu akan mendapatkan kekuatan hidup yang melahirkan kebahagiaan yang tak bisa didatangkan oleh benda apa pun.
Catat keinginan-keinginanmu. Coba pejamkan mata dan bayangkan dirimu ketika masih kanak-kanan. Ingatlah kembali beberapa hal yang kamu inginkan. Pistol mainan, mobil-mobilan, sepeda? Ingatlah juga hal-hal yang kamu inginkan semasa kecil, tetapi bukan berupa benda material. Misalnya tujuan-tujuan emosional. Mungkin kamu menginginkan teman baik, sahabat dan sebagainya. Lalu lakukanlah hal yang sama pada masa remaja mu, usia 20 an, dans eterusnya sampai saat ini. Catatlah hal-hal yang kamu inginkan tersebut. Sesudah selesai, tinjaulah kembali catatan-catatan mu untuk melihat suatu pola tertentu yang paling mempengaruhi keinginanmu. Cobalah menganalisis apakah keinginanmu dipengaruhi oleh orang lain, lingkunganmu atau berasal dari lubuk hatimu sendiri?
Buatlah obituari mengenai dirimu sendiri. Bayangkan kamu diminta menulis sesuatu mengenai kehidupanmu, atau berpidato untuk mengenangmu. Bagaimana kamu menggambarkan kehidupan kamu sendiri? Kata-kata apa yang kamu dengrakan tentang dirimu? Kamu paling suka dikenang dalam hal apa?

(3)
Dari Mana Asal Saya?
Pertanyaan ini mungkin berkaitan dengan wilayah geografis, dijawab dengan konteks sosial maupun berdasarkan perannya dalam hirarki pekerjaan dan masyarakat. Dalam lingkungan seperti mana kita dibesarkan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengenali diri kita perhatikan, kita meraa paling nyaman berada dimana? Apakah budaya korporat, struktur sosial, atau secara geografis? Mana yang lebih memberi kepuasan bagi kamu, jabatan dan pekerjaan, posisi sosial, atau ingkungan geografis tempat kamu sekarang tinggal?
Jelaskan posisi kamu. Bagaimana kamu melukiskan diri kamu dalam hirarki sosial atau pada pekerjaan?
Pikiran siapa yang paling diuntungkan dari bakat-bakat dan prestasi kamu; diri kamu sendiri, atau entitas lainnya? Jika kamu bener-bener nerasa berasal dari suatu tempat, kamu selalu merasa sebagai orang yang paling diuntungkan dari situasi kamu.
Ingatlah tempat-tempat ideal kamu. Pikirkan kembali saat-saat dalam hidup kamu dimana kamu merasa benar-benar hidup dan betah. Kamu berada dimana dan apa yang kamu lakukan?
Gambarkan tempat tersebut dan orang-orang di sekitar kamu. Apa yang membuat kamu senang?
Jika kamu tak pernah mengalami hal ini, pikirkan apakah kamu mempunyai respons terhadap suatu tempat yang pernah kamu baca atau sekedar kamu lihat fotonya. Semirip apa tempat yang kamu tinggali sekarang dengan yang kamu idam-idamkan? Bagaimana cara kamu menggabungkan posisi kamu dengan tempat asal kamu?
(4)
Siapa Yang Saya Cintai?
Rasa cinta adalah fokus dan tujuan dari rasa emosional yang terdalam. Cinta diarahkan bukan hanya pada orang, tapi juga benda-benda serta sesuatu yang abstrak seperti kekuasaan. Mendeteksi siapa atau apa yang dicintai, merupakan awal yang baik untuk melihat ke mana antusiasme emosional terarah.
Dalam dunia serba material, kita sering mengarahkan rasa emosional pada benda. Disadari atau tidak, banyak diantara kita lebih bergairah saat merangkul benda-benda dibandingkan orang. Tetapi saat kita diingatkan bahwa kepuasan mendalam adalah berasal dari memperhatikan yang lain., maka kita mengembalikan energy ke dalam kasih sayang yang benar-benar penting. Kita mengembalikan objek cinta kepada manusia, bukan produk. Cara ini akan efektif untuk mengetahui apakah anda menghabiskan energy emosional untuk hal-hal yang benar.
Buat Daftar Kasih Sayang. Tuliskan nama orang, tempat-tempat, dan barang-barang yang paling dekat denganmu di saat kamu masih kecil. Lalu, kamu paling dekat dnegan siapa? Dimana dan dengan siapa kamu merasa paling aman? Lalu perhatikan kualitas hubungan-hubungan kamu dengan orang lain. Apakah hubungan itu secara konsisten penuh kasih sayang dan mendukung, atau kamu kadang merasa disakiti atau dikhianati? Apakah pasang surut dalam hubungan interpersonal mempengaruhi persepsi kamu terhadap orang yang kamu sayangi? Anda perlu mencatat pengalaman-pengalaman yang melahirkan rasa tidak aman dan kecurigaan, yang membuat kamu lebih sulit bermurah hati dengan cinta kamu. Kajilah dengan obyektif, apakah kamu yang egois, atau ada faktor X yang menempatkan hubungan dalam masalah. Sekarang pikirkan orang-orang yang punya ikatak kuat denganmu. Hal-hal apa saja yang dapat memperkuat dan melaksanakan hubungan tersebut? Perilaku-perilaku datau keyakinan-keyakinan apa yang terbawa dari masa kanak-kanak? Bagaimana hidupmu akan berubah jika kamu kehilangan salah satu dari hubungan ini?
Perhatikan Cinta Pertamamu. Buatlah daftar hal-hal positif dan negative dari cinta. Apakah kamu cenderung mengusai atau dikuasai pasangan? Apakah pengorbananmu mendapat imbalan yang sepadan? Mana yang menjadi bagian pola-pola hubunganmu saat ini? Mana yang ingin kamu pertahankan? Mana yang ingin kamu hilangkan?
Perhatikan Bagaimana Kamu Mengungkapkan Cintamu. Buat daftar hubungan-hubungan paling penting, dan tuliskan penjelasannya, besar dan kecil, cara menyatakan cinta kepada satu sama lain. Bagaimana kamu mengekspresikan cinta kepada pasangan? Bagaimana kamu mengungkapkan kasih sayang kepada anak-anak?
(5)
Siapa Yang Mencintai Saya?
Sebagian orang berusaha keras membuktikan diri mereka adalah sahabat, pekerja, orangtua, dan kekasih yang baik. Mereka terus-menerus mencari kepercayaan dari orang lain, percaya pada apa yang mereka laukan ketimbang siapa mereka, yang membuat mereka merasa berharga. Mereka telah member dan kini saatnya untuk menerima.
Pertanyaan ini membantumu mengerti, bahwa kamu dapat dicintai dengan segala kesalahan dan kelemahanmu, dan membuatmu lebih berpeluang menemukan dan mempertahankan visi-visimu.
Pisahkan cinta dan prestasi. Buatlah daftar enam hal paling penting yang berhasil kamu raih. Ingat kembali kesulitan-kesulitan yang kamu hadapi, dan bagaimana kamu menghadapinya. Apakah ada pola tertentu dalam prestasimu? Apakah semuanya berkaitan dengan karirmu, misalnya
Sekarang bandingkan sukses ini dengan enam hubungan (yang lalu dan sekarang) yang paling kamu banggakan. Catatlah setiap tantangan yang kamu atasi bersama, atau setiap pertumbuhan yang kamu rasakan sebagai hasil dari hubungan itu. Siapakah diantara orang-orang ini yang benar-benar mencintai kamu secara apa adanya? Bagaimana masing-masing mereka mengungkapkan cintanya? Pelajaran apa yang kamu dapatkan dari masing-masing hubungan?
Buat syair cinta. Ini tidak sama dengan puisi cinta yang ditujukan pada seseorang. Arahkan pikiran kamu ke dalam nurani, dan periksa bagaimana rasanya dicintai. Syairmu tidak harus berupa sajak. Buatlah daftar emosi atau baying-bayang yang kamu kaitkan dengan perasaan dicintai. Atau kenang suatus aat di mana kamu merasa diterima dan dihargai apa adanya. Dan tuliskan dalam kalimat-mungkin satu kalimat yang sangat dalam maknanya, dan sangat personal bagimu.
(6)
Bagaimana Caranya Jujur Kepada Diri Sendiri?
Ini adalah pertanyaan tersulit. Kita memang memiliki instink untuk juur kepada diri sendiri. Namun kita sulit mempertahankannya secara konstan, dalam berbagai konteks-terutama pada saat kepentingan kita terancam.
Yang lebih sulit adalah bagaimana memperhitungkan kejujuran dalam diri itu, ke dalam akal logika kita. Sebab seringkali kita mengesampingkan apa yang dikatakan nurani, dan lebih pada memperhatikan impuls-impuls eksternal.
Semua orang ingin disukai. Tapi ketika kamu terlalu takut mengecewakan orang lain, kadang-kadang kamu terpaksa mengecewakan diri sendiri. Kamu pun dapat kehilangan harga diri. Rasa ingin disukai bisa berpengaruh besar dalam kehidupanmu, dan justru menghambatmu menemukan jati diri.
Sesudah menjawab lima pertanyaan pertama, banyak orang menemukan bayangan diri mereka yang sebenarnya mulai muncul. Awalnya mungkin seperti sketsa. Jadi, kamu harus dilindungi bayangan yang berharga itu sampai menjadi cukup kuat untuk mengungkapkan diri sendiri. Diri autentik akan muncul samar-samar dan kamu akan menegaskan garis-garis yang kabur itu.
Untuk menjawab pertanyaan terakhir, tinjaulah catatan-catatan mu dari lima pertanyaan yang lain. Pikirkan sifat-sifat dan kecenderungan-kecenderungan yang kamu temukan. Pastikan bahwa jawaban-jwaban pada lima pertanyaan itu mutlak merupaan jawaban yang jujur. Kemudian, sadarilah bagaimana kamu dapat mengenali dan menghindarkan jalan putar di sepanjang perjalanmu untuk berubah.
Biarkan Visi Muncul: Suatu Kehidupan Baru
Setelah menjawab enam pertanyaan diatas, kamu membutuhkan semacam periode kontemplasi. Kamu memerlukan waktu untuk merenungkan segalanya. Berilah kesempatan pada dirimu untuk mempertimbangkan ide-ide baru yang muncul. Jika kamu cukup bersabar, kamu akhirnya akan mendapatkan pengalaman pemicu, yang dapat merangsang alam bawah sadar mu untuk menghasilkan visi tersebut.
Setiap aktivitas yang merupakan pengulangan seperti berjalan, merajut, berenang, menyapu dedaunan, cenderung menjernihkan pikiran dan membuatmu lebih terbuka pad aide-ide baru. Pada saat bersamaan, hindari orang-orang yang tidak simpatik, suka mencela, atau merasa terancam perubahan. Mereka bisa membuatmu meragukan diri sendiri. Tanamkan keyakinan yang kuat, bahwa kamu berinteraksi dengan jatidiri kamu, dan kamu dapat mengambil keputusan lebih baik.
Selamat Mencoba dan Temukan Dirimu Yang Sebenarnya...
Miranda J. Butter “The Power Of Sixth Sense”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Seberapa Kuatkah Saya?

Open it!!
Seberapa Kuatkah Saya?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Waktu adalah.......



Waktu adalah terlalu lama bagi mereka yang menunggu.
Terlalu cepat bagi mereka yang takut
Terlalu lama bagi mereka yang berduka
Terlalu pendek bagi mereka yang bergembira
Dan bagi mereka yang jatuh cinta waktu itu tidak ada

(Henry Van Dyke)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Would U Want Be Old With Me?

Malam ini terasa begitu sepi dan sunyi. Sebenarnya aku ingin terpejam dan merebahkan tubuhku, tapi entah kenapa aku tidak bisa sejenak saja melupakan segala hal yang akhir-akhir ini membuatku begitu bimbang. Bimbang pada hari esok yang tak pernah aku tahu apa yang akan terjadi. Ya Allah, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Rasanya begitu sedih, sedih, dan sedih sekali. Entah kenapa aku menjadi seperti ini. Aku berharap apa yang selama ini aku lakukan adalah baik untukku.

Entah kenapa aku merindukan kembali duduk sendiri diatap genting dan menatap langit malam yang begitu indah. Aku mulai merindukan dinginnya angin malam menyeka kulitku dan berhembus lembut di wajahku. Yah, sejak malam itu aku tak lagi naik ke atap genting. Aku tak lagi melihat bintangku di atas sana, karena memang sesungguhnya aku telah membawanya ke dalam hatiku malam itu. Kini dia ada disini, didalam hatiku. Sekalipun dia masih belum nyata untukku, aku bisa merasakan kehadirannya. Aku bisa merasakan bahwa dia ada untukku. Lihatlah, dia sedang tersenyum manis dalam tidurnya. Terlelap bersama mimpi-mimpinya. Dan, aku yakin saat dia terbangun nanti, dia akan tersenyum melihatku di luar jendela kamarnya dan menyapaku sambil berkata “Selamat pagi”.

Aku selalu percaya waktu itu pasti akan tiba. Setiap hariku, aku selalu menunggunya di depan pintu seperti waktu itu saat dia pertama kali datang padaku. Sekalipun hingga saat ini dia belum datang, aku tidak akan berhenti menunggunya, karena aku yakin dia pasti akan datang membawakan senyum itu untukku. Yah, senyum indah di matanya yang tidak bisa aku lupakan.

Orang-orang disekitarku pernah memintaku untuk berhenti dari semua ini. Mereka menganggap apa yang selama ini aku lakukan sebagai suatu hal yang sia-sia. Mereka mengatakan bahwa sungguh bodohnya aku, membiarkan orang-orang yang datang menghampiriku pergi begitu saja tanpa sekalipun ku ijinkan untuk memasuki ruang kosong ini. Tidak adakah kesempatan untukku membiarkan seseorang yang lain mengisi kekosongan hatiku? Entahlah, aku tidak tahu dan tidak mengerti apakah kesempatan itu masih ada.

Seseorang pernah berkata bahwa hidup tidak hanya sebuah pilihan semata, tapi hidup adalah kesetiaan pada satu tujuan. Yah, mungkin ada benarnya, setia pada pilihan hidup yang kita jalani memanglah tidak mudah. Ada hal-hal yang seringkali meminta kita untuk berpaling dari jalan yang kita lalui saat ini. Dan seperti itu jualah aku, selalu berusaha untuk tetap bertahan pada setiaku, sekalipun aku tak tau pasti sampai kapan aku akan mampu bertahan.

Ada hal yang selalu membuatku kuat menjalani semua ini. Ada hal sederhana yang aku harapkan dari setiaku ini yaitu harapan untuk bisa menjadi tua bersamanya. Menjalani sisa hidupku bersamanya adalah hal yang aku harapkan dari ruang tunggu ini. Nanti, saat dia datang menemuiku disini, aku pastikan bahwa diriku masih tetap sama seperti saat dia menemuiku pertama kali. Aku akan memberikan senyum yang sama seperti saat dia pergi meninggalkanku malam itu. Aku tak peduli dengan semua yang dia lakukan selama dia berada jauh dariku. Karena aku selalu percaya memang seperti itulah yang seharusnya terjadi. Dan semua itu ku anggap benar dan baik untukku dan juga juga untuknya. Saat dia kembali, aku hanya ingin menanyakan satu hal padanya. “Would u want to be old with me?”


Aku tahu saat itu bukanlah hari ini. Hari ini adalah hari terakhir di bulan febuari, tahun ke-2 aku duduk di ruang tunggu ini. Tak ada yang perlu dikhawatirkan denganku dan tak ada yang perlu ditakutkan. Toh, aku masih bisa tersenyum hari ini. Aku masih bisa tersenyum pada orang-orang yang ada disekelilingku. Aku punya cara sendiri untuk menghargai hidupku. Aku punya cara yang mungkin tidak bisa untuk mereka mengerti.

“Sampai kapan kau seperti ini? Dia takkan pernah datang untukmu. ” tanya seseorang padaku.
Aku hanya tersenyum padanya, tanpa menjawab sepatah katapun.
“Taukah kamu, aku selalu mengkhawatirkanmu. Aku bosan mendengar orang-orang menertawakanmu. Kumohon, berhentilah menatap bangku kosong itu dengan senyumanmu, karena itu teramat menyakitkan untukku”. Katanya berdiri disampingku.
“Terima kasih karena kau selalu menemaniku disini tapi jangan pernah memintaku berhenti dari semua ini, karena itu takkan pernah terjadi” kataku kemudian.
“Bolehkah aku tahu, apa yang sebenarnya kamu tunggu?”
“Jawaban atas pertanyaanku selama ini.”
“Pertanyaan apa?.”
“Apakah dia mau menjadi tua bersamaku?”
“Jika saat nanti dia memberikan jawaban yang tidak seperti yang kau harapkan. Apa yang akan kau lakukan?”
“Apapun jawabannya, itu sudah cukup untukku.”
“Kau akan berhenti dari semua ini.”
“Mungkin”
“Mungkin katamu?”
“Aku hanya ingin pastikan dia telah bahagia dengan atau tanpaku”
“Jika bukan denganmu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya”
“Pergi dari ruang tunggu ini”
“Kemana kau akan pergi?”
“Ke tempat yang belum pernah kukunjungi”
“Apakah kau akan biarkan bangku itu tetap kosong?”
“Mungkin”
“Saat kau tak dapatkan jawabannya, datanglah padaku” katanya lalu pergi meninggalkanku.

Aku masih terus menatap bangku kosong di ruang tunggu ini. Memang, aku tidak tahu sampai kapan dia akan datang, tapi aku bisa merasakan dia sedang berjalan ke arahku dari suatu tempat yang begitu jauh, jauh sekali. Jawaban apakah yang akan dia berikan untukku?? Bermimpikah aku? Atau inilah kenyataannya?

To be continued……….vie's 280209

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)